Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

Analis: Perang Dagang Bakal Tekan Rupiah Loyo Lagi

×

Analis: Perang Dagang Bakal Tekan Rupiah Loyo Lagi

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | JAKARTA – Akhir pekan (29/11/2019) pergerakan rupiah terhadap dolar AS diprediksi bakal melemah lagi dikarenakan meningkatnya sentimen perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China

Pasalnya, progres negosiasi yang nyaris disepakati terpaksa mengalami kemunduran akibat ulah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump. Apalagi, dari sentimen domestik belum ada yang bisa menahan tekanan greenback ke mata uang garuda.

Melansir Bloomberg, pada perdagangan Kamis (20/11) rupiah berhasil ditutup menguat tipis 0,02% ke level Rp 14.094 per dolar AS dari penutupan sebelumnya. Sedangkan kurs tengah Bank Indonesia (BI) atau JISDOR, juga mengalami pelemahan sebanyak 3 poin atau 0,02% menjadi Rp 14.099 per dolar AS.

Baca Juga:   Rupiah Kokoh Bertengger di Level Rp13.650/U$D

Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan mengungkapkan, di akhir pekan (29/11) rupiah masih akan tertekan terhadap dolar AS. Sentimen utamanya, tentu berasal dari perkembangan negosiasi perang dagang AS dan China yang kembali memanas ketika nyaris mendekati kata sepakat.

“AS dan China saat ini kembali ‘cerai’ karena Trump setujui Undang-Undang (UU) Hak Asasi Manusia (HAM) terkait anti demokrasi,” kata Yudi.

Sebagaimana diketahui, sentimen perang dagang antara AS dengan China kembali memanas. Khususnya setelah Presiden AS Donald Trump menandatangani UU Hak Asasi Manusia dan Demokrasi Hong Kong. Kondisi tersebut telah mendorong aksi unjuk rasa di Hong Kong.

Pihak Gedung Putih mengungkapkan bahwa Trump telah menandatangani rancangan undang-undang (RUU) terkait Hong Kong untuk menjadi UU pada Rabu (27/11) waktu setempat.

Baca Juga:   Analis: Pelantikan Presiden Membuat Rupiah Stabil

Penandatanganan legislasi tersebut, dipercaya akan semakin memperumit pembicaraan kesepakatan dagang antara AS-China. Situasi itu juga memicu kekhawatiran bahwa upaya untuk mengakhiri sengketa perdagangan jangka panjang antara AS dan China bisa menjadi lebih rumit.

“Alhasil, China dan AS sekarang kembali bersitegang, padahal kemarin sudah hampir mencapai kesepakatan,” ujarnya.

Di sisi lain, belum ada sentimen domestik yang bisa menahan pelemahan rupiah, meskipun data ekonomi Tanah Air tidak begitu baik dan juga tidak begitu buruk. Untuk itu, Yudi memperkirakan pergerakan rupiah masih akan melanjutkan pelemahan dan akan bergerak di rentang harga Rp 14.060 per dolar AS hingga Rp 14.115 per dolar AS.