Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Nasional

Antara Ciputra dan Gedung Artpreneur,Rina:Jika Tak Jadi Arsitek Lagi,Ayah Ingin Jadi Seniman

×

Antara Ciputra dan Gedung Artpreneur,Rina:Jika Tak Jadi Arsitek Lagi,Ayah Ingin Jadi Seniman

Sebarkan artikel ini
Pengusaha Ciputra

Mediasumutku.comIJAKARTA-Jauh sebelum meninggal, Ciputra sudah menyiapkan generasi penerus bagi kelangsungan bisnis Grup Ciputra.

Sebagai founder dan chairman, Ciputra selalu memposisikan diri sebagai creative navigator yang memberikan pengarahan kepada generasi penerusnya untuk memastikan keberlangsungan bisnis Ciputra Group.

Rina Ciputra Sastrawinata, anak pertama sekaligus Managing Director Ciputra Group, menegaskan kesiapan generasi penerus Ciputra untuk melanjutkan usaha yang dirintis ayahnya, kepada media di gedung Artpreneur Ciputra World, Jakarta, Kamis (28/11/2019) di kutip di kompas.com.Rina didampingi oleh jajaran direksi yakni Naraya Ciputra Sastrawinata, Nanik Joellawati Santoso, Cakra Ciputra, dan Tanan Herwandi Antonius.

Sejak semalam, jenazah Ciputra ditempatkan sementara di ruang besar lantai 13. Rencananya, mulai Jumat besok jenazah akan ditempatkan kembali di ruang yang lebih besar di lantai 11.

Jenazah akan dimakamkan di pemakaman keluarga di Citra Indah, Desa Sukamaju, Cileungsi, Kecamatan Jonggol, Jawa Barat, pada hari Kamis, 5 Desember mendatang, pukul 11.00. Selama beberapa hari ini, keluarga sengaja memberikan kesempatan melihat maupun berdoa bagi jenazah Ciputra kepada kerabat maupun kolega Ciputra.

“Kami sebagai penerus berkomitmen untuk terus mempertahankan dan memelihara legacy dari pak Ciputra,” ujar Rina.

Rina mengucapkan terima kasih atas dukungan dan doa-doa yang sudah diberikan untuk ayahnya, Ciputra. Jenazah Ciputra tiba di Jakarta sekitar pukul 23.00, setelah menempuh penerbangan dari Singapura selama beberapa jam.

“Kami sangat kehilangan sosok ayah maupun kakek, serta kakek buyut. Juga, (kehilangan) pimpinan yang sudah menjadi role model, motivator dan inspirator keluarga dan karyawan Ciputra Group,” kata Rina.

Rina mengatakan, banyak pelajaran sudah diberikan oleh Ciputra. Selaku anak-anak dan cucu-cucu, akan terus mempertahankan nilai-nilai hidup yang sudah ditanamkan sejak masa kecil.

Menurut Rina, Ciputra dikenang sebagai seorang yang sederhana, pekerja keras, tidak pernah mengeluh, dan selalu mengajarkan anak-anaknya untuk selalu jujur. Tetap mengedepankan integritas, profesionalisme dan entrepreneurship atau kerap disingkat IPE sebagai landasan filosofi Ciputra Group.

Baca Juga:   Hapuskan Pekerja Anak, Ini Langkah Konkret Pemerintah Indonesia

Faktor Usia
Rina tak menjelaskan secara detil tentang penyakit ayahnya. Rina menyampaikan, Ciputra meninggal dunia karena faktor usia. Seperti diketahui, Ciputra sudah berusia 88 tahun.

Rina menyebut beberapa kali bahwa Ciputra adalah seorang mentor dan guru. Setiap saat Ciputra senang mengajar, memberi tahu ini dan itu. “Terus terang, menghadap ayah saya selama satu jam, PR-nya banyak banget. Mulai dari minta dibuatkan ini hingga dikembangkan itu,” kata Rina.

Karena itu, kata Rina, setiap kali bertemu, selalu ada pesan-pesan khusus yang memotivasi. Tidak ada pesan-pesan terakhir, sebelum meninggal dunia.

Rina menegaskan, kepemimpinan dalam bisnis Ciputra akan dipertahankan seperti saat ini. Selama ini, ayahnya sudah menjabat sebagai Komisaris Utama Ciputra Group, sementara Direktur Utama dijabat oleh Chandra Ciputra.

“Jadi, tidak ada perubahan dalam struktur organisasi (perusahaan),” tegas Rina.

Pasca kepergian Ciputra, Nararya selaku anak dari Rina Ciputra yang kini menjabat Direktur Ciputra Group mengatakan, untuk persiapan ke depan, Ciputra Group sudah memiliki rencana dan sedang menentukan waktu yang tepat untuk mengumumkan ke publik. Sebagai generasi penerus, dirinya bersama bersama para profesional Ciputra Group akan terus bekerja sama dengan baik guna mewujudkan visi-misi dari Ciputra.

Nanik Joellawati Santoso, Direktur Senior Ciputra Group, menambahkan, selama beberapa tahun, Ciputra selaku Komisaris Utama sehari-hari berperan sebagai mentor dan creative navigator sebetulnya sudah tidak begitu aktif dalam kegiatan perusahaan sehari-hari.

Oleh karena itu, struktur kepemimpinan perusahaan tidak mengalami perubahan apa pun sepeninggal Ciputra. Namun, keluarga dan karyawan kehilangan sosok sebagai navigator. Selama ini, sudah ada generasi ketiga keluarga Ciputra yang aktif di perusahaan. “Hal itu adalah keinginan Ciputra sendiri, sekalipun sudah ada profesional di perusahaan,” kata Nanik.

“Ciputra juga ingin membuat Indonesia menjadi negara entrepreneur,” kata Cakra.

Tanan Herwandi Antonius selaku Direktur Ciputra Group mengatakan, tahun 2006, Ciputra ingin melakukan sesuatu yang baru yakni menginspirasi bangsa dengan kewirausahaan. Tahun itu,perusahaan rintisan kewirausahaan belum seramai sekarang.

Baca Juga:   Wapres Tekankan Kolaborasi Turunkan Stunting Demi Masa Depan Bangsa

“Saya menemani beliau, mengetuk pintu pejabat maupun pengusaha, siapa pun yang dia pikir bisa membangun entrepreneurship di Indonesia. Saya menemani beliau keliling ke berbagai tempat di Indonesia,” kata Antonius.

Menurut Antonius, ada pengalaman yang tak terlupakan. Suatu kali, dirinya bersama Ciputra bertemu dengan awak media dari Kompas. Ada materi berita yang menampilkan gambar buruh migran di Malaysia yang mencoba melarikan diri dari lantai 15 sebuah apartemen. Namun sayangnya, buruh migran itu tergantung di lantai 12.

“Pak Ci tiba-tiba menitikkan air mata. Semua yang melihat kaget. Sejak saat itu, kami memutuskan untuk melatih buruh migran. Kami membantu pengembangan pemberdayaan pekerja migran di Singapura dan Hongkong. Ini sudah berlangsung selama delapan tahun sampai sekarang,” jelas Antonius.

Pengalaman lainnya adalah saat Ciputra meminta dirinya melatih mantan pekerja seks komersial (PSK) yang sudah tua melalui program kewirausahaan. Ciputra ingin para mantan PSK itu tetap memiliki masa depan meskipun sudah berusia lanjut.

“Hal itu dibicarakan terus oleh Pak Ci. Rupanya, bagi Pak Ci, rakyat jelata atau orang-orang yang menderita selalu ada di dalam hatinya. Dia tahu, kewirausahaan adalah kunci jawabannya,” ujar Antonius.

Tahun 2014, kata Antonius, ketika lokalisasi PSK Dolly di Surabaya ditutup, rupanya gagasan Ciputra mulai direalisasikan. Ciputra Group datang untuk memberdayakan para PSK tersebut. Pemkot Surabaya melibatkan Ciputra Group untuk melakukan pemberdayaan di lokalisasi Dupak Bangun Sari. Ternyata, sebelum menutup kawasan Dolly, kawasan lebih kecil inilah yang ditutup terlebih dahulu.

“Barangkali impian Pak Ci adalah lebih banyak orang di Indonesia yang mendapatkan masa depan yang baru, karena kewirausahaan,” ujar Antonius.

Nanik mengatakan, keinginan Ciputra mendirikan banyak sekolah untuk menciptakan kewirausahaan. Selama ini, Universitas Ciputra sudah meluluskan sekitar 4.500 orang yang 70 persennya sudah menjadi entrepreneur.

Baca Juga:   2022, Pemerintah Alokasikan Rp 11 Triliun Untuk Program Kartu Prakerja

Sebagian kecil cita-cita Ciputra sudah terealisasi. Sekarang ini, kata Nanik, Ciputra Group sedang membangun universitas yang kedua di Makassar. Ini juga cita-cita Ciputra untuk mendidik calon-calon wirausaha, terutama mereka yang berasal dari sebelah timur Indonesia.

“Ciputra sangat percaya, kewirausahaan bisa dipelajari dan diajarkan. Salah satunya melalui pendidikan tinggi. Kami juga mengajarkan ke sekolah-sekolah sejak dini, tersebar di delapan sekolah di berbagai kota. Jumlah total murid kami sudah mencapai 9.000 orang,” jelas Nanik.

Tempat disemayamkan

Sebelumnya, beredar informasi, jenazah akan dibawa ke rumah duka di kawasan Pondok Indah, Jakarta Selatan. Namun, jenazah Ciputra akhirnya disemayamkannya di Artpreneur Ciputra World.

Rina mengatakan, “Gedung Artpreneur adalah suatu tempat yang dekat di hati ayah saya. Ayah saya pernah mengatakan, kalau beliau tidak menjadi arsitek, beliau ingin menjadi seorang seniman.

Menurut Rina, ayahnya berpendapat, seniman haruslah memiliki jiwa kewirausahaan. Karena itulah, tempat Artpreneur itu dibangun sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan Ciputra Group yang disiapkan sebagai sarana untuk mengajar para artis atau seniman dan juga professional untuk juga belajar berwiraswasta.

“Anda bisa lihat. Kami semayamkan ayah kami di sini, karena ini merupakan ‘rumah’ beliau yang dirasa akan menyenangkan ayah kami. Dia dapat disemayamkan di dalam ‘rumah’nya sendiri, berada di dalam lingkungan koleksi seni yang dimiliki,” ujar Rina.

Dalam kesempatan itu, Rina juga sempat mengucapkan terima kasih kepada pemerintah dan masyarakat luas, tim medis, kerabat dan kolega Ciputra. Juga, terima kasih sangat besar kepada media yang memberikan dukungan selama Ciputra aktif dalam berbagai bidang.

“Ayah kami tidak mungkin mencapai apa yang telah dicapai selama ini, jika media tidak sangat baik dan murah hati, terus-menerus menyampaikan visi dan cita-cita ayah kami. Kami keluarga besar tidak akan melupakannya,” ujar Rina.(MS4/kompas)