Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Sumut

Cegah Penyebaran Virus Hog Cholera, Peternak Babi Harus Lakukan Ini

×

Cegah Penyebaran Virus Hog Cholera, Peternak Babi Harus Lakukan Ini

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | MEDAN – Balai Veteriner Medan memastikan bangkai babi yang ditemukan di Sungai Bederah terjangkit virus hog cholera dan terindikasi African Swine Fever (ASF).

Termasuk juga, beberapa kabupaten/kota di Sumut. Hal itu berdasarkan hasil uji laboratorium yang telah dilakukan dengan mengambil sampel.
Kepala Balai Veteriner Medan, dokter hewan Agustia mengungkapkan, tindakan yang bisa dilakukan oleh peternak babi sebagai pencegahan ada empat hal.

Pertama, dengan memperketat lalu lintas ternak babi. Pasalnya, virus penyakit tersebut tidak terlihat secara kasat mata. Misalnya, ada ternak babi yang sehat seperti pada umumnya. Akan tetapi, beberapa hari kemudian tiba-tiba sakit hingga kemudian mati.

Oleh sebab itu, diimbau jangan membeli ternak babi dengan harga yang murah atau jauh di bawah harga pasaran. Curigalah terhadap harga jual babi yang murah tersebut dan tidak mudah tergiur.

Baca Juga:   Polres Sergai Segera Bentuk Tim Selidiki Pembuangan Bangkai Babi

“Sebagai contoh, ada ternak babi yang sakit. Kemudian, pemiliknya menjual dengan harga murah karena daripada nantinya sia-sia lantaran mati,” ungkap Agustia kepada wartawan di kantornya baru-baru ini.

Pencegahan kedua, lanjut Agustia, dengan biosecurity. Artinya, usaha untuk menjaga suatu daerah dari masuknya agen penyakit, menjaga tersebarnya agen penyakit dari daerah tertentu, dan menjaga agar suatu penyakit tidak menyebar di dalam daerah tersebut. Dengan kata lain, tidak saling besuk atau menjenguk antar peternak babi. Terlebih, virus ASF belum ada obat dan vaksinnya.

“Misalnya, meminta peternak lain untuk mengecek atau memeriksa hewan ternak kita yang kebetulan sakit. Jika itu dilakukan, maka hewan ternak milik peternak lain bisa berpotensi tertular penyakit hewan ternak kita yang sakit. Sebab, virus itu bisa saja menempel pada manusia dan kemudian ketika masuk kandang babi yang sehat lalu berpindah. Apalagi, babi yang sakit dibawa ke kandang babi yang sehat,” sebut Agustia.

Baca Juga:   Panglima TNI dan Pangdam I/BB Bahas Covid-19 Secara Virtual

Ketiga, sambung dia, bangkai babi yang mati dimohon untuk dikubur atau dibakar. Jangan dibuang ke sungai bangkainya, sebab apabila ada orang yang menggunakan air sungai yang sudah tercemar oleh virus bangkai babi tersebut untuk disemprot ke kandang ternak babinya, maka otomatis tertular. Selain itu, jangan dibuang ke semak-belukar atau hutan. Karena, kalau dibuang ke hutan maka bisa menularkan kepada babi hutan.

“Pencegahan keempat, dengan manajemen kandang. Misalnya, pagi dan sore disemprot disinfektan setelah dicuci atau dibersihkan kandangnya. Bahkan, kalau bisa sesering mungkin dilakukan. Memang tidak bisa membunuh virus ASF, tetapi paling tidak bisa menghambat adanya dugaan penyebaran virus penyakit tersebut,” terang Agustia.

Baca Juga:   Bangkai Babi Juga Mengapung di Sungai Babura Medan