mediasumutku.com|MEDAN- Laju tekanan inflasi di Sumatera Utara mencapai 0.75 persen selama Desember 2020.
“Ini jauh lebih buruk dari ekspektasi saya sebelumnya yang memperkirakan inflasi hanya akan berada diksiaran 0.45 persen paling buruk nantinya. Dan, sayangnya laju tekanan inflasi sebesar itu terjadi disaat bulan November sebelumnya juga terjadi inflasi. Artinya dalam dua bulan sebelum tutup akhir tahun tren perkembangan harga di Sumut mengalami kenaikan,” kata Ketua Pemantau Pangan Sumut, Gunawan Benjamin, Selasa (5/1/2021).
Menurutnya, kenaikan harga kebutuhan tersebut tentunya membuat daya beli masyarakat kian terpuruk. Artinya, memang ada begitu banyak masalah yang timbul dikarenakan laju tekanan inflasi di akhir tahun kemarin. Inflasi di Desember tentunya mengganggu pengeluaran umat kristiani, serta menjadi beban pengeluaran di akhir tahun saat pandemi dan resesi pada umumnya.
“Kenaikan laju tekanan inflasi dipicu oleh kenaikan pada komoditas harga cabai. Dan sejauh ini cabai merah dan cabai rawit harganya masih bertahan mahal. Dimana cabai merah bertengger dikisaran Rp 40.000 hingga Rp50.000 perkilogram. Sementara harga cabai rawit bertahan diangka Rp95.000 hingga Rp110.000 perkilogramnya,”ujarnya.
Dua komoditas itu kata Gunawan, masih sangat mahal hingga saat ini. Sementara daging ayam sudah kembali turun dan menuju ke rentang angka yang ideal. Saat ini bertengger dikisaran angka Rp 30.000 hingga Rp34.000 perkilogram.
“Harga telur juga sama turun dikisaran Rp25.000 perkilogram dari sebelumnya Rp26.000 hingga Rp27.000 perkilogramnya. Harga bawang juga demikian, sempat naik namun belakangan mengalami penurunan secara perlahan,” pungkasnya. (MS11)