Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru Muda
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru Muda
previous arrow
next arrow
ArtikelHeadlineReligiSumut

Mengenal “Malam Lailatul Qodar”

×

Mengenal “Malam Lailatul Qodar”

Sebarkan artikel ini

Mediasumutku.com | Medan – Untuk meraih “Malam Lailatul Qadar” merupakan malam yang paling ditunggu-tunggu umat muslim selama bulan Ramadhan. Namun tidak semua tahu asal usul terjadinya malam Lailatul Qadar.

Dai kondang Ustadz Abdul Somad mengatakan, Lailatul Qadar lebih baik dari seribu bulan. Seribu bulan itu disebutnya lebih dari 80 tahun.

Ustadz yang dikenal dengan nama UAS ini bercerita awal mulanya adanya malam Lailatul Qadar. Menurutnya, Nabi Muhammad SAW bercerita, dahulu kala ada orang Bani Ismail, di zaman Nabi Musa. Mereka tidak pernah berbuat dosa selama 80 tahun.

“Nabi Muhammad bercerita, dulu ada orang Bani Ismail, zaman nabi Musa tidak pernah berbuat dosa selama 80 tahun. Siang jihad, malam qiyamul lail,” ujar Ustadz Abdul Somad baru-baru ini.

Mendengar cerita Nabi Muhammad, sahabat-sahabat Nabi bersedih. Lalu turunlah ayat Al Qadr. “Sahabat Nabi lesu mendengar itu. Lalu turun ayat. Inna anzalnaahu fii lailatul qadr. Lailatul qadri min al fisyahri,” kata Ustadz Abdul Somad.

Baca Juga:   Yonif 125/Simbisa Salurkan Sembako dan Masker Kepada Masyarakat Karo

Dalam buku ‘Mukjizat Lailatul Qadar: Menemukan Berkah pada Malam Seribu Bulan’ karya Arif M Riswanto disebutkan, Lailatul Qadar terdiri dari dua kata, lailah dan Al Qadar. Secara bahasa lailah artinya malam.

Sementara, Al Qadar memiliki beberapa arti:

1. Ukuran
Dari arti ini diambil kata miqdaar. Seperti ayat, ‘Allah mengetahui apa yang dikandung oleh setiap perempuan serta kandungan rahim yang kurang sempurna dan yang bertambah. Dan segala sesuatu pada sisi-Nya ada ukurannya. (QS Al Ra’d ayat 8).

Allah telah mengukur Lailatul Qadar sebagai malam yang lebih baik daripada seribu bulan.

2. Penghormatan
Seperti ayat, Dan mereka tidak menghormati Allah dengan penghormatan semestinya ketika mereka berkata, ” Allah tidak menurunkan sesuatu pun kepada manusia (QS Al An’am ayat 91).

Baca Juga:   Pendidikan Islam Diharapkan Jadi Teladan Zona Integritas

Pada malam Lailatul Qadar Allah telah menurunkan kehormatan bagi orang yang bisa mendapatkan keutamaannya.

3. Takdir atau Ketentuan
Makna ini diadopsi oleh bahasa Indonesia menjadi takdir.

Allah telah menurunkan penentu kebenaran bagi hidup umat manusia yaitu Al Qur’an. Al Qur’an adalah ketentuan, kekuatan, dan kesempurnaan, yang telah diturunkan oleh Allah untuk umat manusia.

4. Sempit
Seperti ayat, ‘Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki kepada siapa yang dia kehendaki dan menyempitkannya. Sesungguhnya di Maha Mengetahui dan Maha Melihat terhadap hamba-hambaNya.” (QS Al Isra ayat 30).

Menurut Al Qur’an, Di malam Lailatul Qadar banyak malaikat turun ke bumi, seperti yang ditegaskan oleh Allah SWT pada surat Al Qadr ayat 4: “Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.”

Baca Juga:   Akhyar Tinjau Aliran Drainase antara Sungai Bederah dan Perumnas Helvetia

5. Kekuatan atau Kemampuan (maqdarah)
Lailatul Qadar akan menjadi malam persiapan bagi orang-orang yang bisa meraihnya untuk menyongsong hidup pada kemudian hari dengan lebih baik.

6. Menyempurnakan
Seperti hadits riwayat Al-Bukhari, “Jika kalian melihatnya (hilal) shaumlah dan jika kalian melihatnya (hilal) berbukalah. Jika kalian samar (untuk melihatnya), sempurnakanlah (menjadi tiga puluh hari).”

7. Mempersiapkan atau Menaksir seperti ungkapan, ‘Aku menentukan sesuatu’ yang berarti mempersiapkan

Dengan demikian, Lailatul Qadar adalah malam yang penuh ukuran, penghormatan, ketentuan, kesempitan, kekuatan, kesempurnaan, dan persiapan. Pada malam ini, juga merupakan turunnya Al Qur’an secara berangsur-angsur selama 23 tahun. (dc/ms8)