Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
BermartabatHeadlineMedanSumut

Musa Rajekshah: Banyak Pengalaman Berharga

×

Musa Rajekshah: Banyak Pengalaman Berharga

Sebarkan artikel ini

Mediasumut.com | Medan : Buku berjudul “Hidup Ihklas Tanpa Tipu Muslihat” mengisahkan tentang perjalanan seorang tokoh dan pengusaha sukses Sumatera Utara (Sumut) H Anif. Banyak pengalaman berharga dan inspirasi di dalamnya.

Karena itu “Hidup Ihklas Tanpa Tipu Muslihat” kembali diangkat menjadi tema Webinar yang digelar Kognisi (Kompas Gramedia Learning & Insights) dengan Elex Media Komputindo, Sabtu (18/7). Seminar virtual itu diikuti para tokoh nasional dan ratusan orang peserta dari berbagai kalangan.

“Banyak pengalaman berharga. Dengan buku itu orang akan mengetahui seorang Haji Anif yang apa adanya, tidak ada yang ditutup-tutupi. Pertama sekali saya baca buku itu syok, karena terlalu vulgar menyebutkan nama orang. Karena di zaman seperti saat ini bisa jadi masalah, sehingga ada beberapa yang saya sortir,” ujar Wakil Gubernur (Wagub) Sumut Musa Rajekshah, yang juga merupakan salah satu putra dari H Anif.

Di dalam buku itu, juga diceritakan tentang Musa Rajekshah sering diajak untuk ikut mengurusi perkebunan kelapa sawit milik sang ayah, namun selalu ditolaknya. Musa Rajekshah justru lebih memilih balap ketimbang mengurus perkebunan.

“Dari dulu Dadak (panggilan terhadap Ayah) selalu mengajak saya untuk mengurusi perkebunan sawit, tapi saya tidak pernah mau, karena prinsip saya harus punya usaha sendiri. Pernah ketika diajak rapat, saya tinggalkan dan lebih memilih ikut balapan,” ujar Musa Rajekshah yang mengikuti webinar dari Rumah Dinas Wagub Sumut, Jalan Teuku Daud Medan, Sabtu (18/7/2020).

Baca Juga:   37 Sepeda Motor Pembalap Liar Diamankan Selama Ramadan di Tanjungbalai

Musa Rajekshah yang akrab disapa Ijeck pun kukuh ingin membuka usaha sendiri. Bengkel adalah salah satu yang dipilihnya. Namun, usaha bengkelnya tidak berlangsung lama dan hanya bertahan dua tahun saja.

“Saya memutuskan buka bengkel. Dadak pun melarang karena nanti pasti susah ngurusnya, ditambah lagi kawan-kawan yang nge-bon payah ditagihnya, dan betul usaha bengkel saya hanya bertahan dua tahun. Namun belakangan baru saya sadari, banyak sekali hal bermanfaat yang sudah diajarkan Dadak. Namun karena usia masih muda saat itu, jadi tidak berpikir panjang,” tambahnya.

Namun akhirnya, Ijeck menerima kepercayaan untuk mengurus usaha sarang burung walet. Hal itu dipilihnya karena memang sejak awal tidak suka kerja di kantoran, senangnya dengan alam dan berburu.

“Jadi pada tahun 1992 saya terima kepercayaan Dadak untuk mengurus sarang walet. Saya senang ngurusin walet karena harus datang ke hutan, melihat alam, jumpa dengan masyarakat desa. Seperti yang selalu Dadak bilang, usahakan kau senang dalam usaha mu itu,” tuturnya.

Salah satu pesan Dadak yang paling diingat Wagub adalah untuk selalu berbagi dengan masyarakat. “Di mana pun tempat kau usaha, ibarat makan, jangan orang hanya cium bau makanannya saja, paling tidak bagi sedikit makanan mu itu agar orang juga bisa rasakan. Jangan kau yang kenyang orang sekeliling lapar, lama-lama nanti kau pun bisa dirampok orang. Itu salah satu pesan Dadak yang selalu saya ingat dalam membangun usaha,” ungkapnya.

Baca Juga:   Satgas TMMD 117 Kodim 0212/TS Bersama BNN Tapsel Laksanakan Kegiatan Sosial Tentang Bahaya Penyalahgunaan Narkoba

Disela-sela acara yang diikuti oleh 400 orang lebih itu, Haji Anif pun menceritakan sedikit pengalaman hidupnya. “Bapak saya itu kiyai hafiz Alquran. Dia itu orang yang tidak tahu dunia, tahunya megang tasbih saja. Jadi ketika saya diusir dari rumah, dan saya pernah numpang nonton televisi ke rumah tetangga dan ditolak, itulah menjadi cambukan untuk saya agar menjadi sukses,” ujarnya.

Haji Anif juga mengatakan bahwa dalam hidup sangat penting hubungan pertemanan dan persaudaraan. Karena teman dan saudara itulah yang akan selalu menolong ketika mengalami suatu masalah.

“Karena dengan itu, ke mana pun kita ada masalah, apa pun bisa tertolong, karena hubungan baik itu akan membantu kita. Semua orang hidup pasti punya dosa, tapi kalau nipu jangan, mengambil hak orang jangan,” tambahnya.

Ketua Umum Pemuda Pancasila Japto S Soerjosoemarno yang juga mengikuti Webinar tersebut mengaku punya kenangan dengan Haji Anif.
“Ada satu kelebihan dari sahabat saya ini sejak tahun 1972. Saya melihat beliau saat itu, dengan cara yang sangat tenang bisa menyelesaikan masalah. Apa pun yang sudah diperbuat berani mempertanggungjawabkannya. Itulah jiwa seorang pemimpin sejati dan itu yang saya contoh. Jadi beliau ini ada sosok sahabat, sekaligus kakak dan guru bagi saya,” ujarnya.

Baca Juga:   Aulia Rachman Ingin Mahasiswa Gwangju Kenal Budaya Medan

Tidak hanya itu, Japto pun memuji sifat kedermawanan Haji Anif.
“Yang dinikmatinya itu bukan hartanya, tapi beliau selalu memikirkan apa yang dimilikinya bisa juga dinikmati oleh orang lain. Beliau banyak berbuat sosial, baik di kalangan agama dan membantu orang-orang susah,” tambahnya.

Sebelumnya, Maman Suherman yang membawakan acara tersebut memaparkan biografi singkat tentang Haji Anif. Disebutkan, Haji Anif merupakan pengusaha sukses yang memiliki usaha kelapa sawit, sarang burung walet, bisnis properti dan lainnya.

“Semua orang sudah tahu dan mengenal itu. Di dalam buku, Pak Anif juga bercerita pernah diusir dari rumah bapaknya, sehingga bersama istri pernah hidup di rumah yang mirip kandang merpati. Itu yang membuat saya menggelengkan kepala membaca buku ini, yang isinya begitu lugas,” terangnya.

Maman pun menjelaskan bahwa Haji Anif pernah menjadi Anggota Pemuda Pancasila sejak 1967. Buku ini juga bercerita tentang perjalanan hidup Haji Anif secara blak-blakan tanpa ada yang ditutup-tutupi.

“Bahkan nama dan peristiwanya turut dipaparkan dalam buku tersebut. Salah satu pesan yang saya ingat, bahwa prinsip Pak Anif, Mundur Menghadapi Kezaliman adalah Sebuah Kezaliman,” kata Maman.

Turut serta dalam Webinar tersebut para sahabat dan keluarga Haji Anif, seperti Puspo Wardoyo, Nuim Khaiyath, Kodrat Shah, Sultan Djorghi dan Anisa Trihapsari.