Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

Pelaku Usaha Kedelai Jaga Stabilitas Harga Tahu dan Tempe

×

Pelaku Usaha Kedelai Jaga Stabilitas Harga Tahu dan Tempe

Sebarkan artikel ini
Foto : Ilustrasi/int

mediasumutku.com| MEDAN- Pada puasa dan Lebaran tahun ini, harga kedelai tetap stabil, tidak melebihi Rp10.000 perkilogram, sehingga harga tahu tetap terjaga di kisaran Rp 650 perpotong dan tempe Rp16.000perkilogram di tingkat pengrajin.

Menanggapi hal itu, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Oke Nurwan mengapresiasi dukungan importir dalam menjaga stabilitas harga kedelai impor di tingkat pengrajin tahu dan tempe.

“Kami menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya atas komitmen dan dukungan pelaku usaha kedelai dalam menjaga ketersediaan dan stabilitas harga pada puasa dan Lebaran 2021,” ujar Oke, Jumat (21/5/2021).

Berdasarkan tren harga yang dikutip dari Chicago Board of Trade (CBOT), harga kedelai dunia masih mengalami kenaikan. Pada pertengahan Mei 2021, harga kedelai dunia berada di kisaran USD 15,86/bushels (Rp10.084 perkilogram harga akhir), naik sekitar 11,2 persen dibanding April 2021 yang tercatat sebesar USD 14,26/bushels (Rp9.203 perkilogram harga akhir).

Baca Juga:   Kenapa APBN Selalu Defisit dan Ditambal dengan Utang?

“Meskipun demikian,kami menjamin stok kedelai saat ini masih mencukupi untuk kebutuhan industri pengrajin tahu dan tempe nasional,” kata Oke.

Memperhatikan harga kedelai dunia yang terus alami kenaikan tersebut, Oke memaklumi harga kedelai di tingkat pengrajin tahu dan tempe akan mulai bergerak naik pada kisaran Rp10.500 perkilogram dan berpotensi mengerek harga tahu dan tempe di tingkat pengrajin.

“Akan terjadi penyesuaian harga kedelai impor di tingkat pengrajin tahu dan tempe dikarenakan komoditas kedelai asal Amerika Serikat ini belum memasuki masa panen. Selain itu juga ditengarai permintaan kedelai dari negara lain seperti Tiongkok sebesar 7,5 juta ton pada April 2021 yang berdampak pada tingginya harga kedelai dunia sampai dengan saat ini,” jelas Oke.

Baca Juga:   Kemendag Lepas Ekspor Kosmetik Senilai Rp22,9 Miliar

Kemendag, lanjut Oke, secara periodik terus memantau dan mengevaluasi pergerakan harga kedelai dunia, baik ketika terjadi penurunan ataupun kenaikan harga. Hal ini bertujuan untuk memastikan harga kedelai di tingkat pengrajin dan di tingkat pasar tahu dan tempe berada di tingkat wajar.

Oke mengimbau, kepada para importir agar memastikan dan menyalurkan stok kedelai secara rutin kepada seluruh pengrajin tahu dan tempe, termasuk anggota Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), baik di Puskopti Provinsi maupun Kopti Kabupaten/Kota seluruh Indonesia dengan tetap memperhatikan harga kedelai yang terjangkau.

Selain itu, importir diimbau untuk memotong rantai distribusi dengan menyalurkan langsung kepada industri pengrajin, khususnya di daerah kota/kabupaten yang dekat dengan lokasi gudang importir atau distributornya guna mendapatkan harga terjangkau di tingkat pengrajin.

Baca Juga:   Dampak Pandemi, Kelompok 20 Negara Hapus Beberapa Ketentuan Ekspor Impor

“Produksi tahu dan tempe harus terus berjalan meskipun terjadi peningkatan harga kedelai dunia sehingga masyarakat masih tetap mendapatkan tahu dan tempe sebagai sumber protein dengan harga terjangkau,” pungkas Oke.(MS11)