Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Nasional

Perusahaan Farmasi Inggris AstraZeneca Jajaki Kerjasama Dengan Gilead Sciences Inc

×

Perusahaan Farmasi Inggris AstraZeneca Jajaki Kerjasama Dengan Gilead Sciences Inc

Sebarkan artikel ini

Mediasumutku.com | Inggris — Dikabarkan AstraZeneca PLC, Perusahaan farmasi asal Inggris, menjajaki pendekatan dengan Gilead Sciences Inc, perusahaan biofarmasi pembuat obat remdesivir asal AS, soal potensi merger. Jika terealisasi, maka deal ini berpotensi menjadi aksi korporasi terbesar di sektor farmasi.

Menurut Bloomberg mengungkapkan Astra Zeneca dilaporkan mendekati manajemen Gilead pada bulan lalu tentang potensi merger tetapi tidak memberikan spesifik tentang transaksi.

Perusahaan Gilead tampaknya tidak tertarik untuk menjual atau bergabung dengan perusahaan farmasi besar lainnya. Seorang juru bicaraAstraZeneca mengatakan kepadaBloomberg bahwa mereka tidak mengomentari “rumor atau spekulasi.

AstraZeneca memiliki kapitalisasi sekitar US$ 140 miliar atau setara Rp 1.960 triliun (asumsi kurs Rp 14.000/US$) dan Gilead, yang sedang mengerjakan obat antivirus yang disebut remdesivir untuk mengobati pasien corona virus, bernilai US$ 96 miliar atau Rp 1.344 triliun.

Baca Juga:   Saat Libur Nataru, BMKG: Waspada ! Cuaca Ekstrim 

Sebelumnya, AstraZeneca, yang tercatat di Bursa New York Stock Exchange (NYSE) dan London Stock Exchange, berencana memproduksi 2 miliar dosis vaksin virus corona baru penyebab Covid-19, termasuk 400 juta untuk AS dan Inggris, serta 1 miliar untuk masyarakat di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

CEO AstraZeneca Pascal Soriot, melalui telepon kepada CNBC International, mengatakan perusahaan berencana mulai mendistribusikan vaksin ke AS dan Inggris pada September atau Oktober mendatang, dengan kesiapan pengiriman secara stabil pada awal 2021.

AstraZeneca mengatakan telah menandatangani perjanjian lisensi dengan Serum Institute of India untuk mengirim 1 miliar dosis kepada negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, di mana 400 juta di antaranya akan dikirimkan pada akhir tahun 2020.

Vaksin, bernama AZD1222, pada awalnya dikembangkan oleh Universitas Oxford di Inggris dan AstraZeneca bekerjasama dengan mitra industri farmasi untuk memproduksi dan mendistribusikan obat.

Baca Juga:   Nyambi Jual Sabu, Buruh Tambak Ini Diamankan Satpol Airud Polres Sergai

Situs resmi perusahaan mencatat, AstraZeneca adalah perusahaan farmasi yang didirikan pada 6 April 1999 dan merupakan hasil merger dari perusahaan Swedia Astra AB dan perusahaan Britania, Zeneca Group PLC.

Hingga 31 Desember 2019, pekerjanya mencapai 70.600, di mana 48,3% berada di pasar berkembang termasuk China, Rusia, Amerika Selatan dan Tengah, Timur Tengah dan Afrika, serta Asia Pasifik, lalu sebesar 26,5% di Eropa, 18,1% di AS, dan 7,1% di Jepang, Kanada, Australia dan Selandia Baru.

AstraZeneca diperdagangkan di tiga bursa sekaligus yakni London Stock Exchange, Stockholm Stock, dan New York Stock Exchange (NYSE) dengan kode saham AZN di tiga bursa tersebut.

Penjualan produk naik terus dalam 3 tahun terakhir. Pada 2019 penjualan produk perusahaan mencapai US$ 23,6 miliar atau Rp 330 triliun, asumsi kurs Rp 14.000/US$, naik 15% dari tahun sebelumnya. Pada 2018, penjualan produk juga naik 4% menjadi US$ 21 miliar, sementara pada 2017 penjualan sempat turun 5% menjadi US$ 20,2 miliar.

Baca Juga:   Penanganan Kepulangan Pekerja Migran, Peran TNI-Polri Harus Dioptimalkan

Saham AstraZeneca PLC dengan kode AZN di London Stock Exchange ditutup minus 0,77% di level 8.530 pounsterling per saham pada Kamis (4/6/2020). Sahamnya berkapitalisasi pasar US$ 139 miliar.

Di New York Stock Exchange atau NYSE, saham berkode AZN juga minus 2,05% di level US$ 53,87/saham dengan kapitalisasi pasar US$ 141,4 miliar pada penutupan Kamis malam, atau Jumat waktu Indonesia.