Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

Petani Sawit Sejahtera Ditengah Pandemi

×

Petani Sawit Sejahtera Ditengah Pandemi

Sebarkan artikel ini
Foto :Ilustrasi sawit/int

mediasumutku.com| MEDAN- Tidak bisa dipungkiri bahwa kondisi Covid-19 di Malaysia memicu kenaikan harga CPO (Crude Palm Oil). Pemerintah Malaysia memberlakukan darurat covid 19 seiring dengan semakin memburuknya penyebaran kasus Covid-19 di negeri tersebut. Namun, kebijakan tersebut justru sangat menguntungkan para petani sawit terutama di Sumatera Utara. Di Januari ini saja, harga CPO sempat menyentuh 3.877 ringgit perton.

“Namun, untuk beberapa harga yang terealisasi, bahkan di selang waktu yang tak jauh berbeda dengan harga CPO sempat menyentuh 4.000 ringgit perton. Meskipun, saat ini harga CPO berada dikisaran 3.700 hingga 3.900 ringgit per tonnya. Kenaikan harga CPO di awal tahun ini melebihi ekspektasi saya sebelumnya,” kata Ketua Pemantau Pangan Sumut, Gunawan Benjamin Rabu (13/1/2021).

Baca Juga:   Hingga Agustus 2020, Ekspor Indonesia ke Brazil dan Argentina Alami Penurunan 

Sikap Malaysia yang menyatakan darurat corona justru menjadi berkah bagi petani sawit saat ini. Dari acuan harga TBS (tandan buah segar) di tingkat petani hingga12 Januari, tercatat kenaikan harga hingga mendekati 2.300 perkilogram. Padahal, harga di Desember masih di posisi Rp 2.100 perkilogram.

“Artinya, memang petani sawit kita lagi berbahagia saat ini. Karena, harga sawit terus mengalami kenaikan. Status darurat corona di Malaysia secara nyata menguntungkan petani sawit di tanah air. Gangguan pasokan maupun distribusi menjadi masalah yang memicu terjadinya kenaikan harga. Meski demikian, kita tidak selamanya bisa bersandar pada keberuntungan saat ini. Karena status darurat itu bisa ditarik kapan saja,” katanya.

Baca Juga:   Pulihkan Perekonomian, BlibliMart Perkuat Posisinya di Pasar Online

Namun lanjutnya, bagi petani sawit tetap harus bersyukur dengan kenaikan harga tersebut. Karena harga TBS saat ini sudah mendekati 100 persen lebih tinggi dibandingkan dengan harga BEP (harga modal) di tingkat petani yang berkisar Rp 1.200 perkilogram.

“Ditengah pandemi dan resesi, petani sawit kita khususnya wilayah Sumut mendapatkan berkah dari kenaikan harga TBS tersebut. Kenaikan harga TBS itu akan mendongkrak pemulihan daya beli yang ada di wilayah Sumut. Setidaknya dengan kenaikan TBS itu sendiri, petani ataupun buruh tani sawit kita tidak banyak bergantung dan berharap pada program bantuan sosial pemerintah,” katanya. (MS11)