Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

Rupiah Semakin Kokoh di Level Rp13.650/U$D

×

Rupiah Semakin Kokoh di Level Rp13.650/U$D

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | JAKARTA – Berdasarkan data Bloomberg, rupiah kini berada di level Rp 13.650 per dolar Amerika Serikat (AS) siang ini. Penguatan nilai tukar rupiah pada pukul 14.30 WIB masih terus menguat.

Artinya, rupiah menguat 45 poin atau 0,33% dibanding penutupan hari Rabu (15/1). Mata uang Garuda ini juga masih menjadi yang paling perkasa di kawasan.

Namun penguatan rupiah jelang penutupan ini mulai menipis. Mengingat pada pukul 10.10 WIB, rupiah sempat berada di level Rp 13.620 per dolar AS akibat sentimen dari perang dagang yang akhirnya masuk periode gencatan senjata.

Namun, pernyataan Presiden Joko Widodo mengenai penguatan rupiah membuatnya sedikit tertahan. “Jika rupiah menguat terlalu cepat, kita juga harus waspada, karena ini dapat menurunkan daya saing kita,” ujar Presiden seperti dikutip Bloomberg.

Baca Juga:   Jelang penutupan Tahun, 769 Perusahaan Tercatat di BEI

Jokowi memang melihat, penguatan rupiah yang terlalu cepat dan signifikan dapat merugikan sektor perdagangan khususnya ekspor. Selain itu, keperkasaan mata uang Garuda juga dapat merusak upaya pemerintah yang sedang mengendalikan defisit transaksi berjalan atawa current account deficit (CAD). Bank Indonesia (BI) memperkirakan defisit transaksi berjalan di tahun lalu menyempit menjadi 2,7%.

Kini rupiah menjadi mata uang dengan kinerja terbaik di kawasan Asia. Buktinya, sepanjang tahun ini, mata uang Garuda ini sudah menguat 1,5% di hadapan dolar AS.

Keunggulan rupiah datang setelah arus asing kembali deras membanjiri pasar keuangan Indonesia akibat risk appetite. Tercatat, asing yang masuk ke obligasi pemerintah mencapai US$ 1,4 miliar.

Baca Juga:   Bursa Asia Seret Harga Emas Tergelincir 0,61%

Sementara itu, won Korea masih menjadi mata uang terburuk setelah melemah 0,38%. Pelemahan won diduga karena pasar bersikap wait and see menanti hasil pertemuan Bank of Koea (BoK) pada Jumat (17/1).