Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

Rupiah Spot Masih Disudutkan Situasi Perang Dagang AS-China

×

Rupiah Spot Masih Disudutkan Situasi Perang Dagang AS-China

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | JAKARTA – Di akhir perdagangan Jumat (29/11) kemarin aksi jual asing yang masih berlanjut baik di pasar saham maupun pasar obligasi turut menekan kurs rupiah. rupiah spot melemah 0,12% ke Rp 14.108 per dolar Amerika Serikat (AS). Sementara, pada kurs tengah Bank Indonesia, rupiah juga melemah tipis 0,02% ke Rp 14.102 per dolar AS.

Penandatanganan UU HAM dan Demorasi Hong Kong oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memicu pro kontra. Selain bisa menahan kelanjutan kesepakatan dagang fase satu, masalah geopolitik ini juga berdampak pada keluarnya dana asing dari pasar saham Indonesia.

Direktur PT Garuda Berjangka Ibrahim sebut investor cenderung kecewa dengan sikap Trump yang menandatangani RUU HAM dan Demokrasi Hong Kong. “Sampai akhir tahun ini di bulan Desember kemungkinan besar rupiah masih akan tertekan, disebabkan perang dagang dan Hong Kong. Hingga saat ini Hong Kong masih mengalami masalah politik. Demonstrasi belum berhenti sehingga perekonomian di Hong Kong jadi mati suri,” tutur Ibrahim.

Baca Juga:   Analis: IHSG akan Melemah Lagi

Selain itu, pertumbuhan ekonomi China yang diprediksikan akan berada di bawah 5% tahun depan akan memaksa China menandatangani kesepakatan dagang fase satu. Pasalnya ada kemungkinan AS akan kembali menerapkan kebijakan bea impor pada tanggal 15 Desember mendatang. Kisruh perang dagang inilah yang menjadi sebab arus permodalan asing dalam negeri keluar dalam bentuk profit taking investor.

Ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri menyebut, meski investor asing ramai-ramai melenggangkan kaki dari Indonesia, pasar obligasi masih menunjukkan performa yang positif. Data-data ekonomi yang akan keluar pekan depan diharapkan dapat menjadi sentimen positif yang dapat membangkitkan nilai tukar rupiah terhadap dolar.

Reny menyebut hingga saat ini belum ada katalis positif dari domestik yang bisa mengangkat rupiah. Perang dagang diprediksikan belum akan rampung dalam waktu dekat.

Baca Juga:   Asuransi Astra bersama 12 Besar Finalis #AksiMudaIndonesia Siap Membawa Perubahan Berkelanjutan

Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah akan kembali tertekan di level Rp 14.200 per dolar AS di akhir tahun jika perang dagang terus memanas. Di sisi lain, katalis positif bisa muncul jika Boris Jhonson bisa merampungkan Brexit.

Reny juga melihat hingga akhir tahun rupiah akan berada di kisaran Rp 14.200. Reni menilai, level Rp 14.200 tidak mengindikasikan pelemahan tapi merupakan level kompetitif bagi rupiah.

Di sisi lain, Ibrahim menilai jika pemerintah kembali membuat kebijakan untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri dapat sedikit menenangkan pasar. Ibrahim memperkirakan, rupiah masih akan bergerak fluktuatif di kisaran Rp 13.850 per dolar AS–Rp 14.300 per dolar AS di tahun depan. Ini dengan asumsi perang dagang masih akan berlanjut.

Baca Juga:   Analis: Tarif Impor AS Belum Jelas Pengaruhi Rupiah

Sementara dengan harapan ekonomi dunia akan membaik tahun depan, Reny menilai ada potensi perbaikan ekonomi global tahun depan. Reny memproyeksikan rupiah menguat di level Rp 14.010 per dolar AS pada tahun depan.