Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Artikel

Jejak De Kleine Switserland dalam semangkuk Krim Soup di Hotel Siantar

×

Jejak De Kleine Switserland dalam semangkuk Krim Soup di Hotel Siantar

Sebarkan artikel ini
????????????????????????????????????

Mediasumutku.comI SIANTAR-Siantar Hotel jalan WR Supratman No. 3 Dwikora, Proklamasi, Siantar merupakan salah satu saksi sejarah perkembangan kota Pematang Siantar yang jejaknya hingga hari ini masih terpelihara.

Sebuah hotel yang diapit oleh taman yang didalamnya terdapat 22 kamar, bar/restaurant dengan kapasitas 200 seat, lobby, sarana olahraga mulai dari fitnes center, swimming pool dan tenni scourt.Hotel yang  berdiri diatas lahan seluas 3 Hektar ini berdiri sejak 1 Februari 1916.

Siantar Hotel didirikan tiga orang berkebangsaan Swiss, yaitu Tuan DR Ernist Surbeck. Ia adalah seorang dokter hewan yang betempat tinggal di Affeltrangen (Zwitserland). Nyonya Hedwing Elise Surbeck dan Nyonya Lydia Rosa Otto Surbeck.

Masa itu ketiganya tinggal di kota Pematang Siantar.Dalam menjalankan usaha, tiga pendiri tersebut mengangkat Tuan Eugen Ralph Otto sebagai Direktur Perseroan yang merupakan suami dari Lydia Rosa. Masa itu fasilitas hotel terdiri  dari kamar 22 room, bar, lobi dan telephone.

Baca Juga:   Mau Perut Tidak Sampai Buncit, Hindari 5 Jenis Makanan Ini

Tahun 1969 Siantar Hotel pindah tangan kepada pengusaha pribumi, yaitu Julianus Hutabarat. Pengembangan pun semakin dilakukan.Tahun 1880 seiring dengan permintaan pasar, kamar semakin ditambah dan dilengkapi dengan kolam renang.

Kemegahan Siantar Hotel tercermin pada desain interior bar dan restaurant yang letaknya berhadapan dengan pintu masuk. Bagian lantai bar dibuat berbeda dengan bagian lobi. Bar menggunakan lantai kayu yang dimanfaatkan oleh para pengunjung hotel yang saat itu didominasi pengusaha dan kaum aristrokrat Belanda sebagai tempat dansa. Untuk lobi dan restaurant menggunakan marmer Italia bercorak kotak hijau. Fondasi restaurant beratap tinggi yang dikelilingi jendela tinggi  berjalusi dengan konsep

arsitektur art deco.

“Konsep seperti ini terus dipertahankan hingga hari ini. Pihak manajemen mempertahankan jendela jalusi warna hijau, restaurant dengan taplak meja merah. Jadi dari dulu hingga kini desainnya sama. Kami hanya merawatnya saja,”ungkap Tuti Togatorop, Manager Siantar Hotel kepada mediasumutku  beberapa waktu lalu.

Baca Juga:   Tinggal Pilih: Jaga Jarak atau Ambyar

Konsep Menu Rijsttafel

Konsep menu yang dihadirkan di restaurant Siantar Hotel mengacu pada konsep Rijsttafel yang masih dipertahankan hingga saat ini. Ia merupakan kolaborasi menu Nusantara dan Eropa yang disajikan secara  berurut. Tapi sentuhan khas budaya Siantar yang tak suka makan manis tetap dipertahkankan. “Kami tetap suka bermain dengan bumbu. tapi ada beberapa menu yang disajikan dengan konsep orijinal, seperti cream soup. Ini tidak kita ubah,”ungkap Tuti.

cream  soup berwarna putih bersih, berwujud kental, disajikan dengan potongan jamur kuping di atasnya. Selanjutnya ada sate ayam bumbu kacang. Tidak seperti sate biasa, sate yang dibuat dari daging sapi ini diberi bumbu rasa serundeng (kelapa sangrai yang digiling). Rasanya gurih dan jussy dari gurihnya daging. Ada udang  asam manis. Ia adalah udang kelong yang dimasak bumbu asam manis yang didalamnya turut dilengkapi pabrika dan bawang bombay. Sayur lodeh dari bunga kol yang dipadukan dengan arcis mengingatkan kita pada menu jadul khas rumahan. Sayur lodeh ini bumbunya tidak digiling, cabai dan bawang merah dirajang dan dimasak dengan santan.

Baca Juga:   Rayakan Imlek Bersama, Pererat Tali Persaudaraan dan Persahabatan

Warnanya pun putih bersih. Ayam goreng telur asin tak kalah  unik. Ia adalah ayam goreng tepung yang dimasak dengan telur asin. Rasa asin dan gurihnya ayam merupakan menciptakan perpaduan rasa yang tepat. Menu -menu rijsttafel dijual dalam menu paket. Terdiri dari 10 item dengan harga Rp 100 Ribu Rupiah.Siantar Hotel buka 24 jam.(SITA)