mediasumutku.com | MEDAN – Harga sawit atau crude palm oil (CPO) dalam satu tahun belakangan ini sangat berfluktuasi dalam rentang 1.800 Ringgit per ton ke 2.400 Ringgit per tonnya. Kinerja harga CPO belum mengalami pemulihan seiring dengan masih banyaknya sentiment negatif yang menyelimuti CPO tersebut.
Perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dengan China yang mencapai kesepakatan tahap I, sepertinya tidak memberikan sentimen besar bagi harga CPO.
“Sejauh ini, harga CPO masih bertahan dikisaran 2.400 Ringgit per ton. Harga tersebut tidak mengalami perubahan yang signifikan. Pelaku pasar pun saat ini masih mengkhawatirkan kemungkinan hubungan dagang antara AS-China tersebut, justru tidak berlangsung baik di tahun-tahun mendatang. Karena, meskipun terjadi kesepakatan sebelumnya, namun kesepakatan tersebut belum membahas secara detail dan komperhensif terkait dengan perang dagang yang berlangsung selama ini,” ujar pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin, Senin (14/10/2019).
Di sisi lain, menurut Gunawan, dia melihat tren harga tersebut masih akan terombang-ambing dengan sentimen eksternal. “Saya melihatnya begini, jika tidak tercipta hubungan dagang yang kondusif, maka harga sawit atau CPO masih akan berpeluang untuk mengalami penurunan. Terlebih, justru terjadi perang dagang yang lebih luas ditambah ketidakpastian masalah geopolitik di eropa, atau dikenal dengan istilah Brexit,” sebutnya.
Meski begitu, kata dia, tetap mensyukuri ada perkembangan positif antara AS dan China belakangan ini. Namun, tetap harus mewaspadai kemungkinan memburuknya hubungan dagang lain atau tren pelemahan ekonomi global yang cenderung menggiring ekonomi dunia masuk dalam resesi (depresi atau penurunan drastis tingkat ekonomi).
“Ini sangat berbahaya tentunya, dan saya pikir Sumut harus tetap waspada dalam menghadapi tantangan ekonomi ke depan,” pungkas ekonom dari UINSU ini. (Muis)