Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

Wall Street Terseok-seok di Pasar Spot

×

Wall Street Terseok-seok di Pasar Spot

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | JAKARTA – Pada perdagangan Rabu (16/10) Wall Street turun akibat data ekonomi Amerika Serikat (AS) yang berada di bawah prediksi. Departemen Perdagangan kemarin merilis data penjualan ritel AS bulan September yang turun untuk pertama kalinya dalam tujuh bulan terakhir.

Sisi lain, Dow Jones Industrial Average turun tipis 0,08% ke 27.001,98. Indeks S&P 500 turun 0,20% ke 2.989,69. Sedangkan Nasdaq Composite turun 0,30% ke 8.124,18.

Para investor menilai, penurunan penjualan ritel ini merupakan indikasi pertama tekanan ekonomi dari sisi konsumen. “Konsumen menjadi penyelamat ekonomi dan penurunan ini agak mengejutkan,” kat Tim Ghriskey, chief investment strategist Inverness Counsel kepada Reuters.

Nilai penjualan ritel secara keseluruhan turun 0,3% pada bulan September dari bulan sebelumnya. Agustus lalu, penjualan ritel masih naik 0,6%. Median prediksi survei Bloomberg memperkirakan kenaikan penjualan ritel sebesar 0,3%.

Baca Juga:   Sesi I, IHSG Terjun ke Bawah 6.100

Penjualan kelompok ritel kontrol yang dianggap sebagai ukuran lebih dapat diandalkan, hanya naik 0,3%, sedikit di bawah prediksi 0,4%. Penjualan kelompok ritel kontrol ini mengecualikan penjualan food services, diler mobil, toko bahan bangunan, dan pengisian bahan bakar.

Efek penurunan penjualan ritel di pasar saham ini terbatas di tengah musim pengumuman kinerja kuartal ketiga. Analis memprediksikan laba kuartal ketiga para penghuni indeks S&P 500 akan turun 3%.

Jika prediksi ini benar, maka kinerja para emiten akan turun untuk pertama kalinya secara year on year sejak 2016. Tapi dari 43 emiten yang telah merilis kinerja, sekitar 86% di antaranya mencatat kinerja lebih tinggi daripada prediksi.

Baca Juga:   IHSG Ditutup di Zona Hijau

Kemarin, Bank of America melaporkan laba kuartal ketiga yang lebih tinggi daripada prediksi karena pertumbuhan biaya advisory dan ekspansi kredit. Harga saham Bank of America naik 1,5% dalam sehari. Harga saham United Airlines naik 1,9% juga karena laba yang lebih tinggi daripada prediksi pasar dan lebih tinggi juga daripada prediksi emiten.

Sementara harga saham General Motors naik 1,1% setelah pabrikan mobil ini mencapai kesepakatan sementara dengan serikat buruh United Auto Workers.