Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Kesehatan

2019, Jumlah Pasien Suspect Difteri di RSUPHAM Meningkat

×

2019, Jumlah Pasien Suspect Difteri di RSUPHAM Meningkat

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | MEDAN – Pasien yang terkena suspect difteri dan dirawat di RSUP Haji Adam Malik (HAM) selama tahun 2019 mengalami peningkatan dibanding tahun sebelumnya. Tercatat, selama 2019 sedikitnya 23 orang baik dewasa maupun anak-anak yang berasal dari beberapa kabupaten/kota di Sumut hingga warga negara Malaysia diduga terjangkit difteri.

Ke-23 pasien suspect difteri itu berasal Tanjung Balai (1 orang), Siantar (1 orang), Madina (3 orang), Simalungun (4 orang), Malaysia (3 orang), Medan (9 orang), Nias (1 orang), dan Deli Serdang (1 orang).

“Secara keseluruhan selama 2019, ada 23 pasien dan 2 di antaranya meninggal dunia. Para pasien tersebut berasal dari kabupaten/kota di Sumut dan lainnya (Malaysia),” ungkap Kassubag Humas RSUP Haji Adam Malik Rosario Dorothy Simanjuntak baru-baru ini.

Baca Juga:   Sekjen Kemhan RI Buka Virtual ADSOM Dalam Penanganan Covid-19

Disebutkan Rosa, selama tiga tahun terakhir sejak 2017, pasien suspect difteri yang ditangani sebagian besar anak-anak. Tahun 2017 ada 2 orang, dan 2018 11 orang. “Ketika masuk ke rumah sakit kondisinya beragam. Ada yang sudah mengalami penurunan kesadaran, mendengkur, sesak nafas berat, hingga ditemukan ada bercak berwarna hitam keabuan yang mudah berdarah pada tenggorokan dan leher membengkak,” jelasnya.

Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan mengatakan hal senada. Kata Alwi, kondisi Sumut dari beberapa tahun terakhir masih endemis kasus difteri. Artinya, setiap tahun ada kasus penyakit tersebut. “Endemis difteri bukan hanya di Sumut saja tetapi juga di Indonesia. Tahun ini (2019), ada 26 kasus dan jumlah ini meningkat dari tahun lalu yang berjumlah 18 kasus,” ujarnya.

Baca Juga:   Viral, Video Keluarga Makamkan Sendiri Pasien Covid-19 di Asahan

Menurut Alwi, peningkatkan penyakit tersebut terjadi karena rendahnya angka imunisasi. Padahal, difteri ini bisa dicegah dengan imunisasi. Tak hanya difteri, termasuk juga penyakit-penyakit lain yang bisa dicegah dengan imunisasi. Jika tidak diimunisasi, maka kemungkinan dapat mewabah suatu saat. “Untuk mencegahnya mau tidak mau harus diimunisasi dengan angka realiasasi mencapai 95 persen. Hal itu supaya kekebalan tubuh masyarakat terhadap difteri dan penyakit lainnya tidak mudah terserang,” ungkapnya.