Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Kesehatan

4 Anak Simalungun Suspect Difteri Karena Tak Rutin Imunisasi

×

4 Anak Simalungun Suspect Difteri Karena Tak Rutin Imunisasi

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | MEDAN – Penyebab 4 anak asal Kabupaten Simalungun, YS (6), HS (5), RS (3) dan MS (2) yang mengalami suspect difteri dikarenakan tak imunisasi. Satu di antaranya, HS, meninggal dunia setelah sempat dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik (RSUP HAM), Medan.

“Pasien yang meninggal ditangani hanya sebentar, dan murni akibat karena suspect difteri berat. Artinya, tidak ada penyakit lain penyertanya. Kemudian, riwayat pasien memang tidak mendapat imunisasi sama sekali. Pasien-pasien suspect difteri yang tidak mendapat imunisasi sama sekali, maka klinisnya akan jauh lebih jelek dan persentase kematiannya lebih besar. Itu yang biasa kita tangani pada pasien yang dirawat di sini,” jelas Dokter Penanggung Jawab Pasien (DPJP) Anak RSUP HAM, dr Ayodhia Pitaloka Pasaribu, Senin (9/12/2019).

Sedangkan ketiga lagi, sambungnya, diimunisasi tetapi tidak rutin. “Kalau kondisi demikian, tentu risikonya juga hampir sama. Akan tetapi, kalau cepat ditangani maka bisa selamat,” tambah Ayodhia.

Baca Juga:   Ini Dia Hasil Seleksi Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama Pemprovsu

Disebutkannya, HS datang dengan keadaan yang memang cukup berat. Gejalanya, nafas yang sangat sesak, mengorok dan sudah membengkak di bagian leher. Selain itu, penurunan kesadaran juga sudah terjadi, tekanan darah sudah rendah dan nadi juga sudah halus.

“Jadi memang penyakitnya juga sudah cukup berat, untuk mendapatkan tata laksana yang cepat pun karena progresifitas penyakitnya yang sudah berat risikonya memang sangat besar untuk kematian. Sebab progresif dari penyakit ini sangat cepat. Kalau sudah lewat dari 3 hari baru dilakukan tata laksana maka klinis akan sangat jelek dan risiko kematian memang cukup besar,” terang dia.

Ayodhia menjelaskan, sumber dari penyakit difteri adalah bakteri, sehingga obat yang diberikan antibiotik. Bakteri tersebut sangat menular dan bisa menimbulkan gejala dalam waktu yang sangat cepat.

Baca Juga:   DMDI Sumut Siap Bangkit dan Berkiprah di Masyarakat

“Misalnya, dua hari saja kita ketemu dengan orang yang suspect difteri maka kita akan muncul gejalanya. Bakteri penyakit ini biasanya melalui udara,” tandas dia.

Sebelumnya, Kassubag Humas RSUP Haji Adam Malik Rosario Dorothy Simanjuntak menyampaikan, keempat anak tersebut dirawat di RSUP HAM karena diduga terserang difteri. Mereka merupakan satu keluarga yang terdiri adik dan kakak.

“Saat masuk rata-rara pasien dalam keadaan demam dan nyeri menelan,” ungkap Rosa kepada wartawan.

Ia menjelaskan, pasien yang pertama kali masuk adalah HS pada Senin 2 Desember 2019 pukul 20.22 WIB. Kondisinya saat masuk sudah mengalami penurunan kesadaran, mendengkur, sesak nafas berat, ditemukan ada bercak berwarna hitam keabuan yang mudah berdarah pada tenggorokan, serta leher membengkak.

Baca Juga:   Kematian Babi di Sumut Terus Bertambah, Terjadi di Batubara dan Madina

“Namun setelah hampir dua hari dirawat, pasien HS exit (meninggal dunia) pada tanggal 3 Desember pukul 04.00 WIB,” jelasnya.

Sementara itu, untuk ketiga pasien lainnya, terang Rosa, masuk ke RSUP Haji Adam Malik pada hari Selasa 3 Desember 2019. Pasien YS masuk terlebih dahulu pada pukul 04.43 WIB. Namun kondisinya saat ini tidak demam lagi, tidak nyeri menelan lagi, dan bengkak di leher sudah berkurang.

Kemudian pasien RS masuk pada pukul 13.06 WIB, dengan kondisi saat ini juga tidak demam lagi, tidak nyeri menelan lagi, dan bercak putih pada tenggorokan sudah berkurang. Lalu pasien MS pada pukul 15.28 WIB yang kondisinya saat ini juga tidak demam lagi, tidak nyeri menelan lagi, serta bercak putih pada tenggorokan tidak ada.