Scroll untuk baca artikel
ArtikelHeadlineNasionalPerkebunan & Pertanian

Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana : Smart Farming, Memadukan Kualitas SDM dan Teknologi yang Digunakan

×

Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana : Smart Farming, Memadukan Kualitas SDM dan Teknologi yang Digunakan

Sebarkan artikel ini

MENURUT Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana agar sektor pertanian menjadi pilihan terhormat dan bermartabat, tergantung pada dua kata kunci yakni kualitas SDM dan teknologi yang digunakan.

Menurut pria yang akrab disapa Pak Uud ini, petani sekarang itu terutama yang masih berusia muda harus memanfaatkan teknologi bukan untuk menantang iklim tapi berdamai dengan iklim.

“Itulah smart farming,” cetus Pak Uud.

Penekanan smart farming sendiri, lanjut Pak Uud, adalah teknologi yang dikuasai oleh petani untuk digunakan di dalam sistem budidaya. Agar cakap dalam menggunakan teknologi tersebut, Polbangtan Malang mengembangkan SDM pertanian melalui pendidikan, pelatihan dan penyuluhan.

Direktur Polbangtan Malang, Setya Budhi Udrayana

Semua itu diawali dengan kemauan. Namun, membangkitkan kemauan generasi muda di tingkat petani itu bukanlah hal yang mudah, kata Pak Uud. Sebab, mereka harus dirancang dengan teknologi.

Begitu ada kemauan dan teknologi, mereka akan beradaptasi dengan itu. Dengan begitu tingkat produktivitas diharapkan bisa naik.

“Jadi, tidak ada lagi kata lain selain kualitas SDM dan teknologi yang pas,” ujar Pak Uud.

Mereka sudah punya kemampuan untuk mengelola. Ketika mereka mau ekspansi usahanya, dan pihak bank sangat yakin dengan kemampuan mereka, sehingga dikucurkanlah anggaran dana yang dibutuhkan.

“Ukurannya adalah ketika ada ekspansi, dari sudut pandang perbankan apakah seseorang ini mampu mengembalikan anggaran ekspansi yang dikucurkan itu atau tidak. Ini kan bicara produktivitas dan harga pasarnya. Jadi, begitu mendapatkan kepercayaan pasar, mereka akan mendapatkan lagi kepercayaan dari investor perbankan. Sehingga pada akhirnya usaha mereka bisa meningkat (improved),” tandasnya.

Baca Juga:   Wapres: Pertanian Jadi Tulang Punggung Perekonomian di Tengah Pandemi

Lebih lanjut Pak Uud menyampaikan, ketika berbicara pengembangan SDM memang investasinya tidak terukur dan membutuhkan waktu tidak singkat. Berbeda kalau bicara investasi fisik, begitu punya dana Rp 100 juta, kita bisa langsung bangun gedung senilai Rp 100 juta. Namun, begitu kita bicara investasi SDM hari ini, kita edukasi selama 6 bulan belum tentu SDM ini bisa improved.
Di situlah dibutuhkan kesabaran siapapun yang bergerak di sektor pengembangan SDM. Tapi begitu si SDM mampu mengelola dirinya sendiri menjadi baik, di situ kita tinggal sentil.

“Anak-anak muda ini kan suka tantangan, mereka tidak adaptif dengan teknologi. Jadi begitu anak-anak muda ini disentuh SDM dan teknologinya, insyaallah pertanian di Indonesia akan lebih maju,” pungkasnya.

Menyangkut digitalisasi pertanian, maka kita bicara teknologi. Ada tahapan-tahapan yang bisa diintroduksi kepada petani, dan digunakan oleh petani-petani muda tergantung levelnya di mana.

Baca Juga:   Antisipasi Musim Kemarau, Kementan Sedia Embung Sebelum Tiada Hujan

“Ini penggunaan smart farming, menurut saya, level yang sederhana tapi sudah membuahkan hasil yang luar biasa. Nanti pada saatnya mereka membutuhkan, mereka pasti akan cari teknologi yang lebih baik dari yang sekarang digunakan .
Intinya petani yang cerdas itu bukan berarti harus menggunakaan teknologi yang sangat canggih tetapi tidak bisa mengoperasikannya. Tapi teknologi yang memang sesuai dengan kondisi mereka sekarang. Mereka improve sesuai dengan kebutuhan,” katanya.

Penggunaan mekanisasi pertanian merupakan bagian dari rangsangan untuk anak-anak muda supaya tidak takut bergerak di sektor pertanian. Dengan mekanisasi, produktivitas bisa ditingkatkan. Loss panennya itu bisa ditekan. Dan menjadikan harga pokok yang didapat dari pertanian itu bisa di tekan. Anak-anak muda harus improve tentang pertanian.

Pertanian itu menguntungkan karena pangan selau dibutuhkan. “Sepanjang ada manusia, sepanjang itu pula kita butuh makanan. Untuk menghasilkan makanan, kita butuh petani-petani. Itu saja kan simple,” kata Pak Uud.

Agar muatan materi teori dan praktek berbanding lurus, Sebagai sebuah pendidikan vokasi, kegiatan pendidikan di Polbangtang Malang ini identik dengan praktikum yang lebih banyak daripada teori.

“Jadi 60% kegiatan praktikum ada di lapangan, 40%-nya penguatan teori supaya para siswa tidak hanya melakukan tapi punya dasar,” tegasnya.

Baca Juga:   Pos Indonesia Distribusikan Vaksin di Wilayah Maluku dan NTT

Untuk pelaksanaannya, lanjut Pak Uud manajemen Polbangtang Malang ini menerapkan kegiatan perilaku pertanian. Mahasiswa kami ada di asrama semua. Perilaku pertanian itu mereka jalankan dari pukul 5 pagi sampai pukul 8 pagi di mana mereka harus ke lahan, mereka membiasakan diri untuk turun ke lapangan. Pukul 9 pagi, mereka baru masuk kelas untuk mengikuti teori sampai pukul 3 sore.

Setelah itu, mereka balik lagi ke lapangan, begitu lah setiap harinya. Intinya adalah membangun passion mereka. Ketika memilih peternakan atau pertanian, mereka benar-benar terjun di situ.
Pada semester 1 sampai semester 4, mereka tinggal di asrama. Full kegiatan mereka seperti itu. Begitu masuk di semester 5 dan 6, mereka dilepas ke lapangan selama setahun.

“Harapannya dengan mereka kita turunkan ke lapangan selama satu tahun, hubungan mereka dengan pertanian dan penyuluhan itu bisa bagus,” ungkap Pak Uud.

Lulusan Polbangtan, tambahnya sampai sejauh ini memang belum banyak yang bekerja sebagai ASN tapi yang masuk di berbagai pos informasi alhamdulillah tidak mengecewakan. Itu membanggakan bagi kami. Artinya ketika muncul kata tidak mengecewakan berarti dia bagus.

“Alhamdulillah sampai hari ini 90% mereka sudah bekerja pada berbagai pos,” katanya.