Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

Analis: Sinyal Positif Kerek Kurs Rupiah

×

Analis: Sinyal Positif Kerek Kurs Rupiah

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | JAKARTA – Pasca Pidato Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam pelantikan Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia 2019-2024 memberi sinyal positif dan membuat nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menguat.

Sementara, berdasarkan data Bloomberg, Senin (21/10), rupiah menguat 0,47% ke Rp 14.081 per dollar AS di pasar spot. Sementara, pada kurs tengah Bank Indonesia, rupiah menguat 0,05% ke Rp 14.132 per dollar AS.

Menanggapi hal tersebut, Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan, pidato Jokowi yang menyebut akan mengembangkan ekonomi dengan tetap fokus pada pembangunan infrastruktur memberi sinyal positif pada nilai tukar rupiah.

Saat ini, pelaku pasar sedang menanti total nama 34 menteri yang masuk dalam kabinet Jokowi jilid II. Namun dari beberapa calon yang dipanggil Presiden, Senin (21/10) sudah memberi sinyal positif dan optimisme pada pelaku pasar.

Baca Juga:   IHSG Diprediksi akan Melanjutkan Penguatan

“Kita masih menunggu apakah menteri yang dipilih Jokowi sesuai dengan pos yang ditempatkan, pelaku pasar juga masih menerawang seperti apa kinerja 100 hari Jokowi ke depan dalam menangkal tantangan pelemahan ekonomi global,” kata Josua, Senin (21/10).

Josua berpandangan jika konsolidasi politik bagus dan partai oposisi bisa masuk bekerjasama bersama pemerintah, akan mengurangi potensi ketidakstabilan politik di masa yang akan datang. Program pemerintah pun diharapkan jadi jauh lebih mudah tercapai.

Jelang pengumuman kabinet jilid II, Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto mengaku diminta untuk masuk ke kabinet Jokowi-Ma’ruf Amin.

Josua memproyeksikan arah pergerakan rupiah di tahun ini akan bertahan kuat di sekitar level Rp 14.000 per dollar AS. Belum ada penguatan signifikan yang terjadi karena kebutuhan dan permintaan dollar AS di akhir tahun biasanya meningkat.

Baca Juga:   Semester 1, Laba Bersih Konsolidasi CIMB Niaga Rp2,1 Triliun

Namun, rupiah bisa tetap bertahan tidak turun dalam karena besar kemungkinan The Fed dan BI akan menurunkan suku bunga kembali di bulan ini.