Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru Muda
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru Muda
previous arrow
next arrow
NasionalOpini

Belajar Bahasa Masih Dianggap Membosankan? Mari Belajar Berbahasa dengan Media Sosial Pada Akun Twitter @narabahasa

×

Belajar Bahasa Masih Dianggap Membosankan? Mari Belajar Berbahasa dengan Media Sosial Pada Akun Twitter @narabahasa

Sebarkan artikel ini
Foto : Ilustrasi/int

Oleh : Khairatunnisa (Mahasiswa Program Doktor (S3) Ilmu Keguruan Bahasa Universitas Negeri Padang).

Transformasi periode pembelajaran di Indonesia ditandai dengan adanya perubahan kurikulum. Saat ini kurikulum yang dianut di Indonesia sendiri adalah kurikulum mereka yang disahkan oleh Kemendikbud.

Kurikulum ini mendonrong para siswa untuk terus kreatif dan berfikir kritis tanpa meninggalkan hal yang ada disekelilingnya termasuk teknologi. Sehingga saat ini penerapan teknologi banyak digunakan untuk pembelajaran dan digabungkan dengan model-model pembelajaran termasuk pada pembelajaran bahasa. Terlebih saat ini siswa tidak buta dengan informasi karena adanya sosial media yang memberikan banyak sekali macam rubrik informasi yang mereka butuh baik untuk kebutuhan individu maupun kebutuhan pendidikan.

Adanya inovasi berupa sosial media ini kini pembelajaran banyak juga yang memanfaatkan media sosial sebagai aktivitas krusial dan projek pembelajaran bersifat keberlanjutan. Hal ini banyak sekali diketahui dari berbagai sumber penelitian yang mengungkap adanya pengaruh hingga cara penerapan sosial media sebagai media pembelajaran siswa. Pengalaman empiris dari melihat siswa yang lebih intens bermain sosial media juga memberikan kekuatan untuk memanfaatkan teknologi ini sebagai media pembelajaran.

Sebuah studi terbaru yang telah dikutip banyak orang ditulis oleh al-Hasan (2021) berjudul “Effects of Social Network Information on Online Language Learning Performance: A Cross-Continental Experiment”. Studi ini menguji nilai dan dampak informasi jejaring sosial pada kinerja pembelajaran bahasa pengguna dengan melakukan eksperimen online di pasar pembelajaran bahasa kolaboratif peer-to-peer. Informasi sosial atau informasi tentang orang lain dalam jaringan seseorang dapat menghadirkan lingkungan belajar jaringan sosial yang memungkinkan peserta didik untuk lebih terlibat dalam proses pembelajaran. Desain penelitian eksperimental dalam pasar pembelajaran bahasa online dilakukan.

Studi ini menemukan bukti bahwa visibilitas informasi jejaring sosial berdampak positif pada kinerja pembelajaran pelajar. Peserta didik yang terlibat dengan interaksi sosial tampil lebih baik daripada mereka yang tidak. Selain itu, interaksi sosial yang aktif memiliki dampak yang lebih kuat pada kinerja belajar dibandingkan dengan interaksi sosial yang pasif. Studi ini diakhiri dengan implikasi bagi pengembang platform untuk mengaktifkan visibilitas informasi sosial dan merekayasa pengalaman pengguna untuk meningkatkan pembelajaran interaktif. (Al-Hasan, 2021)

Baca Juga:   Tanggapi Gugatan Uni Eropa, Mendag: Pemerintah Siap Perjuangkan Nikel Indonesia

Penelitian diatas merupakan bukti bahwa keberadaan media sosial memang memiliki dampak cukup kuat pada sutu pembelajaran bahasa. Dapat diketahui di Indonesia sendiri banyak media sosial menyuguhkan akun-akun untuk belajar bahasa baik bahasa Asing maupun bahasa Indonesia. Salah satunya ada di platform twitter yang menyajikan banya akun untuk belajaran bahasa Indonesia salah satunya adalah akun @narabahasa.

Akun ini memiliki pengikut sebanyak 90.355 yang bergabung sejak tahun 2018. Akun ini memiliki deskripsi di bio “Language product and service providers. Nara doesn’t like being called “Min””. Artinya pada kun ini memiliki produk yang murni fokus pada kebahasaaan. Akun ini menyajikan berbagai meme, poster, infografis, tweet, quotes, dan vidio pendek dengan cara yang menarik sesuai dengan SEO para siswa butuhkan. Seperti contoh saat ini banyak pelajar yang tersandung dengan perkara percintaan maka @narabahasa ini menyajikan konten belajar bahasa Indonesia dengan tema cinta atau kasih sayang.

Akun media sosial Twitter pada @narabahasa ini menyediakan beberapa platform media lain yang daat dijadikan sebagai opsi seperti instgram. Selain itu fasilitas menonjol lainnya adalah mengadakan kelas secara live stream di media sosial seperti Instagram. Akun @narabahasa bekerja sama dengan berbagai pihak yang ada pada bidang kebahasaan dalam menjalani kelas.

Media sosial seperti @narabahasa ini merupakan invasi untuk belajar tata bahasa dengan baik dan benar secara menarik. hal ini dapat memberikan tambahan peningkatan skill berbahasa pada sisiwa dan memberikan multiliterasi.
Selain itu menjadi ruang interaktif sesuai dengan penargetan kompetensi bahasa siswa, kolaborasi kerja yang efektif pada kebahasaan siswa, dan memberikan profecienci siswa secara pragmatik.

Melalui media ini siswa dapat mengeksplorasi apa yang disampaikan pada konten @narabahasa. Ketika ini terjadi maka siswa dapat berfikir secara kritis dan memeirkan dampak ideal pada pembelajaran bahasa baik secara evaluasi ataupun penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Baca Juga:   Ustadz Haikal Hasan Ajak Umat Patuhi Protokol Kesehatan

Jika demikian adanya pembentukan psykolinguistik pada diri siswa dan dapat membangun pembawaan komunikasi secara person-to-person. Jadi bahasa dapat menemukan tempatnya pada diri siswa.

Sederhana sekali tapi memiliki dampak adalah impian semua guru dalam menerapkan suatu pembelajaran, model pembelajaran, dan media pembelajaran pada siswa yang mereka ajar. Ketika teknik yang diberikan berhasil maka dapat meningkatakan motivasi dalam pembelajaran bahasa untuk lebih inovatif dalam menggunakan sosial media.

Melihat masa depan sosial media yang semakin berkembang dan bertambah peminatnya terlebih dikalangan pelajar maka perlu guru terapkan menggunakan akun seperti @narabahasa dengan tiga tren darurat yang sesuai dengan karakteristik siswa dan konten pada akun @narabahasa.

Pertama, mengalihkan mobilitas dari yang medianya hanya buku paket atau LKS menjadi media sosial. Misalnya pada bab 1 siswa memerlukan kompetensi memhami majas maka guru memberikan berbegai link dalam akun @narabahasa yang menunjukkan adanya majas bisa dari quotes, meeme, atau tweet yang perlu dianalisis oleh siswa.

Kedua, fokus pada kefaan dan tribalisme digital. maksudnya adalah dalam pembelajaran menggunakan media sosial ini harus dikembangkan jadi tidak hanya fokus pada satu topik saja karena satu topik memiliki kefanaan atau tidak abadi. Menginagat informasi yang diberikan dari emdia sosial berbeda-beda.

Misalkan @narabahasa memberikan literasi bahwa arti dari term “pandoro” merupakan anak-anak yang meminta ikan kepada nelayan yang baru pulang dari laut. Kemudian dalam akun alinnya menyebutkan unsur kebahasaan dari pandoro itu sendiri bahwa “pandoro” adalah kata benda.

Sedangkan tribalisme ini adalah keadaan dari gaya hidup para siswa. Misal karena siswa sekarang ini memiliki smartphone atau gadget lainnya maka guru dapat memanfaatkan gaya hidup siswa untuk merespon atau berkomentar pada akun @narabahasa yang sudah guru tentukan. Ketiga, pengurangan teks dan peningkatan berikutnya pada gambar.

Dalam sosial media yang menarik adalah adanya gambar dan sedikitnya teks yang perlu siswa baca. Ini juga menjadi emergenci karakateristik dalam pembelajaran bahasa yang banyak sekali menunjukkan teks tanpa gambar dan cenderung membosankan. Sementara di sosial media disuguhkan infografis, meme, mini komik dan masih banyak lagi. Informasi yang disuguhkan cukup singkat dan tidak membosankan untuk dipelajari. Sepeti halnya pada @narabahasa yang menunjukkan adanya meme dengan berbagai gambar dan ekspresi secara 2 dimensi. (Wohleb et al., 2018)

Baca Juga:   Eks Ketua Umum PPP Romy Bebas Dari Rutan KPK

Integrasi sosial media dalam kelas mencantumkan seperti banyak macamaktivitas yang dapat dilakukan pada proses pembelajaran, ekstensi dengan natural terhadap teknologi yang siswa bisa langsung gunakan, dan aksestabilitas dari konten yang disuguhkan oleh chanel dari akun yang diikuti untuk dikolaborasikan dengan pembelajaran. Maka siswa dapat mengutilisasi media sosial dalam kelas mencadi aktivitas yang bermanfaat. Karena mereka memiliki kemampuan mengabsorsi materi konten dengan cara membaca, mencari, mendengarkan, menyimak, dan banyak hal dapat dilakukan untuk melakukan kompetensi dalam memproduksi materi hingga melakukan kerjasama secara kolektif. (Farr & Murray, 2016)

Maka dari itu sosial media kini kian menarik untuk dijadikan sebagai alat dalam menjalani pembelajaran secara efektif. Seperti yang dijelaskan sebelumnya penggunaan sosial media seperti @narabahasa di Twitter ini menjadikan banyak inspirasi pada guru dalam memberikan penugasan dan materi kepada siswa. selain itu uniknya sosial media ini dapat membangun empat indikator kompetensi dalam bahasa yaitu menusli, memabca, berbicara, dan menyimak.

Dari akun @narabahasa sendiri dapat memiliki hal seperti membaca konten yang tersedia, menuliskan komentar atau melakukan retweet dengan caption yang berbeda, menyimak kelas live sreaming atau vidio pendek yang tersedia, dan mampu melakukan publick speaking yang dapat di unggahkan ke sosial media.

Maka siswa lebih tertarik dengan penggunaan akun media sosial dalam pembelajaran bahasa. Melalui akun @narabahasa ini siswa mampu mengeksplosi berbagai hal untuk kebutuhan kebahasaannya sendiri. Suguhan yang ada disosial media ini memberikan ruang eksplorasi siswa untuk belajar dan berkarya tanpa merasa bosan. (*)