Serdang Bedagai – Menyesuaikan dengan masa kampanye yang semakin dekat, calon Bupati Serdang Bedagai, Darma Wijaya, memilih untuk mendekatkan diri dengan masyarakat dengan cara yang berbeda.
Pada Jumat, 4 Oktober 2024, ia menghabiskan hari di Pantai Cermin, Simpang Sukarame, Desa Celawan, Dusun 10, untuk berdialog santai dengan warga di warung milik Mujito alias Mang Gage. Pertemuan yang berlangsung akrab ini diwarnai dengan suasana santai sambil sarapan ditemani kopi dan teh.
Berbeda dari kebanyakan kampanye politik yang sarat dengan janji-janji besar dan program ambisius, pertemuan Darma Wijaya di warung sederhana ini diisi dengan obrolan ringan tanpa tekanan. Dialog yang terjadi berlangsung dalam suasana santai, tanpa adanya permintaan atau usulan yang serius dari warga. Meskipun begitu, Darma Wijaya tetap menekankan pentingnya pemerintah mendengar dan melayani rakyat.
“Kalaupun ada usulan, itu wajar dan pantas karena prinsip pemerintah adalah melayani masyarakat,” ujar Darma Wijaya dalam perbincangannya yang penuh keakraban.
Meskipun tidak dalam bentuk kampanye formal, pertemuan tersebut dihadiri dengan antusias oleh sejumlah tokoh agama dan masyarakat setempat. Salah satunya adalah bilal mayit yang dihormati, Pak Kasikin. Mereka duduk bersama Darma Wijaya, menikmati suasana hangat dan penuh kekeluargaan tanpa adanya pembahasan yang terlalu serius.
Dalam dialog santai tersebut, Darma Wijaya berbagi pandangan tentang pentingnya menjaga hubungan yang erat dengan masyarakat, bukan hanya melalui forum formal, tetapi juga melalui pertemuan informal seperti ini. Menurutnya, dalam suasana yang lebih akrab, pemimpin dapat mendengarkan aspirasi rakyat dengan lebih dekat dan memahami kebutuhan mereka secara lebih mendalam.
“Saya ingin mendengar langsung apa yang dirasakan masyarakat, dan pertemuan seperti ini adalah cara yang baik untuk melakukannya. Kita bisa berbincang tanpa beban, sehingga lebih mudah bagi saya memahami harapan dan keinginan mereka,” kata Darma Wijaya.
Suasana di warung Mujito menjadi bukti bahwa kampanye tidak selalu harus bersifat formal dan kaku. Pertemuan tersebut menekankan kehangatan dan kedekatan antara calon pemimpin dan rakyat, di mana komunikasi bisa berlangsung dengan lebih natural. Tidak ada tekanan atau agenda besar, hanya obrolan ringan yang memperkuat hubungan antara Darma Wijaya dan warga setempat.
Para peserta dialog pun tampak nyaman dengan pendekatan ini. Mereka duduk bersama, berbincang santai, sambil menikmati kopi dan teh, seolah-olah melupakan sejenak tensi kampanye yang biasanya mengisi ruang-ruang publik. Pertemuan tersebut juga menjadi kesempatan bagi Darma Wijaya untuk menunjukkan gaya kepemimpinannya yang lebih membumi dan dekat dengan rakyat.
Kehadiran Darma Wijaya di Pantai Cermin hari itu, meski sederhana, mengirimkan pesan kuat bahwa seorang pemimpin tidak harus selalu tampil dalam acara formal untuk mendengar rakyatnya. Justru dalam momen santai seperti ini, kehangatan dan kebersamaan terasa lebih tulus.
Dalam masa kampanye yang semakin intens, gaya komunikasi Darma Wijaya ini bisa menjadi nilai tambah yang membuatnya semakin dekat di hati masyarakat. Perbincangan santai dengan warga di warung kopi ini menunjukkan bagaimana seorang pemimpin bisa hadir dan mendengar secara langsung, tanpa harus menunggu acara resmi atau forum besar.
Dengan gaya santainya, Darma Wijaya berhasil menciptakan suasana kekeluargaan yang menjadi ciri khas dalam pendekatannya kepada masyarakat. Ini menjadi bukti bahwa ia ingin membangun hubungan yang lebih personal dan tulus, yang diharapkan bisa menjadi fondasi bagi kepemimpinan yang lebih baik di masa mendatang.(Budi)