MEDAN-Penyakit diabetes melitus atau kencing manis dapat dialami oleh semua populasi dan kelompok umur di seluruh dunia. Diabetes melitus tidak hanya dialami oleh kelompok lanjut usia, namun kini mulai mengancam usia produktif termasuk usia remaja.
Menurut Kementerian Kesehatan kasus diabetes pada anak mencapai 2 per 100.000 jiwa per Januari 2023. Pada anak, kasus diabetes yang banyak ditemukan adalah tipe 1. Sedangkan, diabetes tipe 2 sebanyak 5-10 persen dari keseluruhan kasus diabetes anak. IDAI mencatat, ada 1.645 anak dengan diabetes melitus dan Medan menduduki peringkat ke-10 kasus diabetes anak terbanyak.
Oleh karena itu, dosen dari Institut Kesehatan Helvetia (IKH) Medan sigap melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan pengenalan dan penyuluhan tanaman obat tradisional untuk diabetes melitus pada siswa SMK PAB-3 Medan Estate.
Tim Dosen Pengabdian Kepada Masyarakat dalam hal ini diketuai Dosen Prodi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan, Dr. apt. Yettrie Simarmata, M.Si dengan anggota dr. Jefri naldi, M.Si, dan apt. Rani Ardiani, S.Farm, M.Si serta mahasiswa dari Prodi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan, yaitu Winda Palmita dan Pratiwi.
Pengabdian masyarakat berlangsung di SMK PAB-3 Medan Estate, Rabu (22 Mei 2024). Kegiatan bertema “Sosialisasi dan Penyuluhan Pemanfaatan Tanaman Obat dan Pengenalan Obat Tradisional untuk Pengobatan Diabetes Melitus di Kalangan Siswa SMK PAB-3 Medan Estate” ini pun diikuti oleh para siswa di sekolah tersebut.
Yettrie Simarmata selaku ketua tim memaparkan, pengetahuan siswa khususnya diabetes masih sangat terbatas, padahal penderita diabetes banyak di sekitar kita. Pada umumnya, DM dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. DM tipe-1 disebabkan oleh pankreas yang tidak memproduksi insulin, sementara DM tipe-2 disebabkan oleh gangguan kerja pankreas yang menyebabkan kurangnya menghasilkan insulin.
Pemberian senyawa antioksidan akan menghambat kerusakan sel beta pankreas yang berasal dari hasil radikal bebas, dan senyawa antioksidan ini diperoleh dari tanaman obat tradisional. Faktor pemilihan tanaman obat sebagai terapi diabetes melitus karena mempunyai banyak keuntungan yaitu mudah didapatkan, mudah ditanam, dapat diramu sendiri dan harga yang murah.
Beberapa tanaman yang dapat menurunkan kadar glukosa darah adalah terung bulat hijau, daun sambiloto, mahkota dewa, daun sirih merah, daun insulin, pegagan, pare dan daun kelor. Literatur Etnobotani menyatakan sekitar 800 tanaman memiliki kemampuan sebagai antidiabetes dan lebih dari 1.200 spesies memiliki aktivitas antidiabetes. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menganjurkan untuk memanfaatkan tanaman tradisional untuk pengobatan diabetes.
Beberapa tanaman yang memiliki potensi sebagai antidiabetes adalah terung bulat hijau (Solanum xanthocarpum), daun insulin (Smallanthus sonchifolia), daun teh (Camellia sinensis), bratawali (Tinospora cordifolia), pare (Momordica charantia), kemangi (Ocimum basilicum), daun salam (Syzygium polyanthum).
Tanaman ini memiliki senyawa flavonoid yang memiliki aktivitas antioksidan, sehingga dapat meregenerasi sel-sel pankreas yang rusak akibat pembentukan oksigen reaktif, senyawa saponin mampu mengaktivasi sintesis glikogen, dan penghambatan glukoneogenesis. Tanin memiliki sifat astrigen yang dapat menurunkan kadar gula darah dengan menghambat penyerapan gula pada permukaan usus halus. Tanin juga mencegah hiperglikemia postprandial dengan peningkatan penyerapan glukosa melalui mediator dari jalur signaling insulin dan translokasi GLUT 4
Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini dapat menambah pengetahuan pada siswa di SMK PAB-3 Medan Estate tentang pengenalan dan penyuluhan tanaman obat tradisional untuk diabetes melitus.Setelah mengikuti penyuluhan ini, Yettrie berharap, para siswa akan berusaha memenuhi pola hidup sehat yang diawali dengan konsumsi nutrisi yang cukup, menjaga berat badan ideal agar terhindar dari penyakit diabetes tersebut dan memanfaatkan tanaman obat tradisional yang ada dilingkungan sekitar tempat tinggal siswa.
Para peserta menyambut baik pengabdian masyarakat yang dilakukan dosen dan mahasiswa Institut Kesehatan Helvetia. Salah seorang peserta, mengatakan, melalui kegiatan ini menambah pengetahuannya dan paham tentang gejala dan pencegahan terjadinya diabetes dan tanaman-tanaman yang berkhasiat sebagai antidiabetes.(***)