Scroll untuk baca artikel
Artikel

DeFrood Raih Peluang dari Arsik Ikan Mas Sebagai Oleh-Oleh Khas Medan

×

DeFrood Raih Peluang dari Arsik Ikan Mas Sebagai Oleh-Oleh Khas Medan

Sebarkan artikel ini

Mediasumutku.comI MEDAN-Di Medan arsik ikan mas memang gampang diperoleh. Selain di rumah tangga, rumah makan yang menyediakan arsik ikan mas juga mudah didapat. Tapi ikan mas arsik yang cocok dijadikan oleh-oleh boleh dibilang masih langka. Padahal peminatnya banyak.

Tidak lain karena ikan mas arsik merupakan salah satu makanan khas Batak yang merupakan etnis mayoritas di Sumatera Utara, khususnya kota Medan.

Berbagai alasan menjadikan orang kurang berminat atau tidak berpikir mengolah arsik ikan mas sebagai oleh-oleh. Pertama sekali alasannya adalah, ikan mas arsik itu adalah lauk dan yang tak kalah bikin berat beban di kepala adalah berduri. “Duri ikan mas bisa menjadi ranjau bagi  orang yang belum terbiasa makan ikan mas. Sudah durinya banyak, halus lagi,”imbuh Hidir Dongoran yang  ditemani isterinya Deliyana Siagian pemilik usaha DeFrood yang berada di Jalan Bersama Gang Perintis No 43 Medan

DeFrood adalah sebuah usaha yang menjual aneka makanan froozen, seperti bandeng presto khas Medan, bakso, dimsum, tahu bakso dan lainnya. Pasangan ini merintis usaha ini sejak 3 tiga tahun silam. Tapi setahun belakangan ini makanan froosen bandeng presto khas Medan dan arsik ikan mas ini semakin mempopulerkan usahanya. Ia mengawalinya dengan bandeng presto khas Medan.

Baca Juga:   Warga Wuhan : Lebih Baik Kami Mati di Rumah Daripada Di Karantina

Demi menggali ilmu mengolah bandeng presto Hidir berguru ke Surabaya. Di kota buaya itu Hidir belajar bagaimana mengolah bandeng presto yang benar. Ide itu dibawa ke rumahnya dan diri dan isterinya pun mengolahnya dengan resep masakan khas ala Sumatera. “Orang Sumut ini penikmat bumbu. Jadi saya memakai bumbu kuning, agar rasa bandeng lebih gurih,”imbuhnya. Bandeng yang sudah dibumbui pun dimasak dalam presto agar tulangnya lunak. Deliyana yang doyan masak ini turut menyertai sambal agar bandeng presto semakin mantap. “Saya gunakan sambal terasi. Saya buat rasanya gurih manis agar bisa dinikati oleh setiap orang,”paparnya.

Suatu hari salah seorang pelanggan yang sangat menikmati bandeng presto-nya menyarankan agar dirinya ikut menciptakan arsik ikan mas. Meningat arsik ikan mas adalah salah satu  masakan khas masyarakat Sumatera Utara, khususnya Medan. Saran itu akhirnya benar-benar mujarab. Pasangan ini pun kembali berkreasi.

Baca Juga:   Satu Kata Untuk Menekan Penyebaran Covid-19, Taati Protokol Kesehatan

Tidak gunakan bahan pengawet

Dalam menjalankan usaha arsik ikan mas, Hidir mengungkapkan modal utama yang harus dimilikinya adalah   tempat masak presto. Selanjutnya ikan mas dan bumbu. “Bumbu saya olah sendiri. Urusan masak isteri saya yang menyiapkan. Saya lebih bergerak ke pemasaran,”jelasnya.Bumbu yang digunakan adalah bumbu arsik, mulai dari cabai rawit, bawang merah, bawang putih, kemiri, kunyit, andaliman, asam cikala, kincung beserta daun ubi dan kacang panjang. Ikan yang sudah masuk bumbu kemudian dimasak dalam presto.

Dalam sekali produksi ia memakai 20 kilo ikan mas dan biasanya akan habis dalam satu minggu. Meski banyak jenis ikan mas di pasaran, ia tidak sembarang beli. “Saya harus pastikan ikan mas nya tidak bau lumpur. Jadi saya menjalan hubungan dengan pedagang ikan mas yang sudah bisa menjaga mutunya,”imbuhnya. Menurut pedagang, ikan mas yang digunakannya adalah asal Haranggaol Kabupaten Simalungun. Perprosi ikan mas arsik dijual Rp 40-an ribu. Ikan mas arsik dikemas dalam mangkok plastik. Ditangan pembeli, ikan itu tinggal dipanaskan ketika hendak disantap.

Baca Juga:   Pertanian Digital Ditopang KUR Ciptakan Petani Maju, Mandiri dan Modern

Hidir mengakui tidak gampang menjalankan bisnis ikan mas arsik, karena memiliki dilema pada daya tahan. “Dalam suhu  biasa, biasanya tahan dua hari. Makanya ikan mas arsik ini difrozenkan. Jadi tahan lama. Ia disimpan dalam kulkas, tinggal dipanaskan saat akan digunakan.

Meskipun beresiko besar dalam daya tahan, Hidir tidak terniat sedikitpun untuk memberi bahan pengawet. “Karena kita ingin masyarakat sehat menyantapnya,”imbuhnya.Dalam mendongkrak penjualan, Hidir mengakui harus rajin promosi. “Kadang saya ikut seminar. Ya aktif promo di medsos seperti facebook dan instagram,”tuturnya.

Pasangan ini mengakui optimis usahanya akan berprosepek ke depan. “Untuk masyarakat  lokal saja seperti ibu rumah tangga yang memiliki kesibukan yang padat di luar, bisa beralih ke makanan kami.  Tetap sehat dan tidak terancam oleh duri ikan,”ucapnya mengakhiri perbincangan.(MSsit)