Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
EkonomiHeadlineNasional

Deputi IV Kemenko Polhukam & Walikota Tegal Lepas 30 Kapal Tonase 100GT Untuk Segera Isi Perairan Natuna

×

Deputi IV Kemenko Polhukam & Walikota Tegal Lepas 30 Kapal Tonase 100GT Untuk Segera Isi Perairan Natuna

Sebarkan artikel ini

Mediasumutku.com | Tegal – Sebanyak 30 kapal cantrang berkapasitas di atas 100 gross tonnage (GT) diberangkatkan ke perairan Natuna Utara, Kepulauan Riau, Rabu (4/3/2020). Puluhan kapal itu dilepas dari Pelabuhan Perikanan Pantai (PPP) Tegalsari, Kota Tegal.

Secara simbolis, keberangkatan kapal Tegal beserta dari daerah lain di Pantura Jawa Tengah itu, dilepas Deputi IV Bidang Pertahanan Negara Kemenko Polhukam RI Mayjen TNI Rudianto dan Walikota Tegal Dedy Yon Supriyono.

“Insya Allah, kita berangkatkan 30 kapal ke titik koordinat yang sudah ditentukan. Sudah kita koordinasikan dengan pemerintah daerah dan masyarakat nelayan di Natuna,” kata Rudianto.

Rudianto mengatakan, nelayan pantura akan berkolaborasi dengan nelayan di Natuna. Salah satunya hasil tangkapan nelayan Pantura akan dijual di Natuna.

“Harapannya ekonomi Natuna akan berjalan,” kata Rudianto.

Disinggung soal adanya penolakan dari nelayan lokal di Natuna, Rudianto menjamin tidak akan ada masalah.

Baca Juga:   Dinas Koperasi dan UKM Medan Gelar 73 Produk di Manhanttan Times Square

“Tidak ada masalah. Adanya penolakan kemarin adalah sebagian kecil nelayan karena belum memahami. Tapi ketika nanti berkolaborasi, bersinergi, Insya Allah tidak ada masalah,” kata Rudianto.

Rudianto mengatakan, alasan mengapa nelayan Pantura yang diberangkatkan pertama kali. Sebab, nelayan Pantura dianggap lebih siap. Salah satunya karena keberadaan kapal besar yang banyak di Pantura.

“Ini bukan pilihan, karena ini kebutuhan mendesak saat ini untuk mengisi perairan di sana. Yang kebetulan siap kapal besar hanya ada di sini. Nanti ketika kapal lain siap, termasuk di Natuna juga bisa langsung. Jadi nanti tidak hanya dari Tegal saja. Siapa pun asal warga Indonesia boleh melaut,” kata Rudianto.

Mayjen Rudianto juga meminta warga Natuna untuk bisa menerima nelayan asal Pantura. Pasalnya kedatangan nelayan Pantura diharapkan bisa turut berkontribusi bagi peningkatan ekonomi warga Natuna.

“Untuk nelayan Natuna, mohon untuk bisa bersinergi, berkolaborasi. Mohon bisa diterima teman-teman dari Tegal. Nelayan Pantura akan berkontribusi positif, baik dari segi retribusi maupun peningkatan perekonomian di sana. Jadi mohon diterima di sana dengan baik,” harap Rudianto.

Baca Juga:   Guru Madrasah Kota Binjai Dapatkan Sosialisasi Manfaat Program BPJS Ketenagakerjaan

Menurut Rudianto, keberangkatan kapal nelayan Pantura, adalah sebagai proyek percontohan. Dalam waktu 3 bulan, pihaknya akan melakukan evaluasi.

Jika hasilnya bagus, tidak menutup kemungkinan pihaknya akan mengirim nelayan dari daerah lain ke wilayah yang ditentukan tidak hanya natuna.

“Sementara ini. Biarlah kapal Pantura kesana, nanti kita evaluasi dua sampai tiga bulan. Kalau memang ini langkah yang baik kenapa tidak,” kata Rudianto.

Walikota Tegal Dedy Yon Supriyono mengatakan, ada 10 kapal setidaknya diisi 900 awak, dan akan melaut sekitar dua bulan. Dedy berharap, hasil tangkapan ikan bisa melimpah dan menumbuhkan kesejahteraan nelayan Tegal.

“Menjadi nelayan perjuangan luar biasa. Saya mohon jaga hubungan dengan nelayan tradisional Natuna juga harus baik. Di sini kapal besar, di sana kapal kecil, harus bersama-sama menjaga kondusifitas jangan sampai ada gesekan,” pesan Dedy.

Baca Juga:   LAPK: Sumut Harus Miliki Perda Perlindungan Konsumen

Ketua Paguyuban Nelayan Kota Tegal, Susanto, mengatakan semua kapal yang diberangkatkan merupakan kapal bertonase di atas 100 GT dengan menggunakan alat tangkap cantrang. Menurutnya ABK dan para nahkoda juga sudah dibekali pemahaman tentang apa saja yang boleh dan tidak untuk dilakukan.

“Semua pakai alat tangkap cantrang. Sementara untuk BBM tetap menggunakan BBM industri dengan harga khusus, bukan subsidi,” kata Susanto.

Sementara itu, Ketua Aliansi Nelayan Indonesia (ANI) Riyono mengatakan, pihaknya sudah menggelar pertemuan setidaknya sampai 17 kali hingga akhirnya diberangkatkan.

“Sudah 17 kali pertemuan. Termasuk membahas antisipasi kontroversi. Zona fishing ground kita juga berbeda dengan nelayan Natuna. Sehingga dipastikan tidak ada benturan dilapangan, ” kata Riyono.(k/ms8)