Scroll untuk baca artikel
NasionalReligi

Di Solo, Gereja Tiadakan Ibadah Pagi Demi Hormati Idul Adha

×

Di Solo, Gereja Tiadakan Ibadah Pagi Demi Hormati Idul Adha

Sebarkan artikel ini

Solo, Mediasumutku.com- Ini cerita dari Kota Solo, Jawa tengah. Ada dua buah bangunan ibadah, yang satu gereja, satunya lagi adalah mesjid. Kedua bangunan ini berdiri berdempetan di kota Solo.

Dua bangunan ibadah ini menjadi saksi bisu bagaimana perwujudan tenggangrasa dan welas asih yang dirawat terus-menerus oleh pimpinan dan umat dua tempat ibadah itu selama puluhan tahun, bahkan sejak sebelum Republik Indonesia diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus 1945.

Dari laman BBC edisi bahasa Indonesia yang dipantau Mediasumutku, Minggu (11/8/2019), disebutkan bahwa awalnya, sekitar tahun 1939, gereja didirikan oleh jemaat Kristen Danukusuman di Joyodoningratan, Solo. Gereja itu dibangun di atas tanah yang dibeli dari seorang Muslim.

Bangunan itu didirikan karena ada kebutuhan untuk beribadah bagi warga Kristen yang terus tumbuh di kawasan tersebut. Saat itu, sang pemilik tanah membolehkan tanahnya dibeli oleh para pengelola gereja.

Namun si empunya tanah memberikan syarat, bahwa mereka yang beragama Islam, kelak dibolehkan mendirikan musala di samping gereja. Kemudian musala diperbesar menjadi mesjid.

Kesepakatan pun dibuat antara kedua pihak, yang ditandai pendirian semacam prasasti setinggi sekitar 1,5 meter berbentuk lilin di antara dua bangunan ibadah itu.

“Jadi prasasti itu menandakan tidak akan terjadi apapun, meskipun dua tempat ibadah itu saling berdampingan,” ungkap

Muhammad Nasir Abu Bakar, ketua takmir Masjid Al Hikmah, mengisahkan sekelumit sejarah dua bangunan ibadah itu. “Makna tugu lilin juga supaya tetap selalu rukun dan tidak terjadi apapun,” tambah Nasir.

Baca Juga:   PPKM Darurat, Polda Jatim Terjunkan Satgas Gakkum Dalam Operasi Aman Nusa II

Dan sejarah mencatat, sejak 80 tahun berdiri, tidak ada gesekan berarti di antara umat Islam dan Kristen di kawasan itu, bahkan hubungan harmonis pimpinan dan umat dua bangunan ibadah itu kerap menjadi rujukan berbagai anggota masyarakat.

“Antara pengurus gereja dan masjid benar-benar menjunjung tinggi sejarah yang sudah terjalin dua tempat ibadah ini,” kata salah-seorang pendeta Gereja Kristen Jawa (GKJ) Joyodiningratan, Beritha Tri Setyo Nugroho.

Tugu lilin, yang masih berdiri kokoh, kini posisinya terletak di dekat tempat wudhu perempuan masjid tersebut. Pihak gereja merelakan tanahnya untuk lokasi pendirian prasasti tersebut.

Komitmen para pendiri gereja dan masjid — terletak di Jalan Gatot Subroto, Solo — untuk menjaga kerukunan di antara umatnya terus dijaga dan ditularkan kepada penerusnya.

Walaupun bangunan gereja dan masjid itu kini jauh lebih mentereng, nilai-nilai toleransi yang disepakati 80 tahun silam, masih dipegang teguh oleh pimpinan dan jemaah gereja dan masjid tersebut.

Itulah sebabnya, ketika sejumlah masjid dan gereja di beberapa kota saling mengalah untuk menunda atau membatalkan jadwal ibadahnya demi umat lainnya, pengelola dua tempat ibadah di Danukusuman, Solo, sudah mempraktikkannya sejak dahulu.

Misalnya saja, kedua pihak lebih mengedepankan sikap bertenggang rasa ketika dihadapkan jadwal ibadah yang bersamaan waktunya. Dan, menurut pimpinan gereja dan masjid, hal ini sudah sering dilakukan.

“Peniadaan kebaktian pagi itu bukan hal yang baru untuk gereja dan masjid di sini,” kata Beritha Tri Setyo Nugroho, pendeta di gereja tersebut. Pihak masjid pun begitu.

Baca Juga:   Panglima TNI Mengajak Berdoa Untuk Natal Dan Pergantian Tahun

Dan tahun ini, pihak gereja memilih untuk meniadakan ibadah kebaktian pagi untuk memberi kesempatan umat Islam untuk salat Idul Adha dan ibadah qurban di lokasi itu, Minggu (11/8/2019). “Oleh sebab itu majelis memutuskan untuk meniadakan ibadah kebaktian pagi yang dimulai pukul 06.30 WIB,” kata Beritha.

Menurut dia, peniadaan itu dilakukan untuk menghormati saudara umat Islam yang melaksanakan salat id dengan memanfaatkan jalan di depan gereja dan masjid. Hal ini dilakukan untuk menghormati umat Islam yang akan menggelar salat id di jalan depan masjid dan gereja.

“Kami sudah mengantisipasinya jika Idul Adha jatuh pada hari Minggu, oleh sebab itu majelis memutuskan untuk meniadakan ibadah kebaktian pagi yang dimulai pukul 06.30 WIB,” kata salah satu pendeta GKJ Joyodiningratan, Beritha Tri Setyo Nugroho.

Menurut dia, peniadaan itu dilakukan untuk menghormati saudara umat Islam yang melaksanakan salat id dengan memanfaatkan jalan di depan gereja dan masjid.

“Selain meniadakan ibadah pagi, kami juga mengundurkan jadwal ibadah kedua yang biasanya pukul 08.30 menjadi pukul 09.00 WIB,” ujarnya.

Beritha mengungkapkan pengumuman terkait peniadaan ibadah kebaktian pagi telah disampaikan kepada para jemaat sejak jauh hari sebelumya. Para jemaat pun bisa memahami keputusan tersebut, selain itu mereka juga ingin menghormati kepada umat Islam untuk melaksanakan ibadah salat id.

“Kami sudah mewartakan peniadaan dan pengunduran jadwal ibadah kebaktian sejak dua minggu berturut-turut. Warga gereja bisa memahaminya,” ujar dia.

Baca Juga:   Jika Kerukunan Tercipta, Bobby Optimis Medan Jadi Kota Berkah

Beritha pun mengakui keputusan untuk meniadakan kebaktian pagi memang murni keputusan dari pihak gereja, tidak ada paksaan dari pengurus masjid. Ia beralasan sikap seperti itu memang sudah menjadi hal yang biasa ketika hidup berdampingan dengan umat Muslim. “Bisa dikatakan keputusan itu inisiatif dari gereja kami dan sudah komunikasi non formal dengan pihak pengurus masjid,” kata dia.

Sementara itu, Ketua Takmir Masjid Al Hikmah, Muhammad Nasir Abu Bakar menegaskan bahwa pihak gereja memang yang memundurkan jadwal ibadah kebaktian pagi karena berbarengan dengan salat id.

Hal itu bukan yang pertama kali, namun yang kesekian kalinya jika salat id jatuh pada hari Minggu, pihak gereja akan meniadakan ibadah pagi.

“Jadi luar biasa indahnya karena pihak gereja memundurkan kebaktian pagi. Kami tidak memaksa, tapi memang kami selalu saling berkomunikasi dengan pihak gereja ketika ada waktu yang bersamaan. Kami selalu begitu dan tidak ada masalah,” ujarnya.

Hanya saja Nasir menceritakan pernah dalam sekali waktu pihak masjid lupa menjalin komunikasi dengan gereja saat ada pelaksanaan salat id yang jatuh pada hari Minggu.

Lantas, pihak gereja tidak memundurkan jadwal kebaktian pagi, namun hal tersebut tidak menjadi masalah yang berarti.

“Pernah sekali kelupaan, tetapi semuanya tetap berjalan dengan lancar dan damai. Jadi ada yang ke masjid dan ke gereja tetapi itu biasa saja, semuanya saling menghormati karena. Tidak ada ketersinggungan dari pihak manapun karena semuanya bertujuan beribadah kepada Tuhan,” ucapnya.(MS1/BBC)