MEDAN-Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat, dosen Institut Kesehatan Helvetia (IKH) Medan memberikan pelatihan dan pedampingan empon menieer untuk imunitas tubuh sekaligus meningkatkan perekonomian masyarakat di Desa Bakaran Batu, Deli Serdang, pada Sabtu, 10 Agustus 2024 yang lalu.
Kegiatan Pengabdian Masyarakat dengan judul “Pemberdayaan Dan Kesejahteraan Keluarga Desa Bakaran Batu Dalam Pembuatan Racikan Empon Menieer Sebagai Imunitas Tubuh Untuk Meningkatkan Perekonomian Masyarakat” ini diketuai oleh apt. Fahma Shufyani, S.Farm., M.Farm.
Tim pengabdian masyarakat yang diketuai oleh apt. Fahma Shufyani, S.Farm., M.Farm ini mendapatkan dana hibah dari Ditjen Kemdikbud Ristek melalui program DRTPM tahun 2024. Kegiatan Pengabdian MAsyarakat melibatkan para Ibu PKK di Desa Bakaran Batu, Deli Serdang. Selain itu juga di dukung oleh anggota tim apt. Khairani Fitri, S.Si., M.Kes dan Syati Manaharawan Siregar, SE., MM. Pelatihan dan pendampingan dalam pembuatan racikan empon menieer dengan peserta Ibu PKK sejumlah 30 orang dan 6 orang mahasiswa institut kesehatan Helvetia sebagai peserta.
Mahasiswa dilibatkan agar berkolaborasi antara Ibu PKK dengan mahasiswa yang saling menguatkan dalam upaya pembuatan racikan empon menieer yang dilaksanakan di Desa Bakaran Batu. Kegiatan pelatihan dan pendampingan dilaksanakan beberapa hari dengan menyajikan bebarapa materi yang berkaitan dengan pembuatan racikan empon menieer. Materi
Fahma Shufyani selaku ketua tim mengatakan, jamu dan obat tradisional yang dilakukan secara turun temurun merupakan bagian dari tanggung jawab orang tua untuk melestarikan adat istiadat. Salah satu pemanfaatan rempah di Indonesia adalah sebagai bahan baku minuman tradisional yang tidak hanya berfungsi sebagai minuman penyegar, tetapi juga sebagai minuman yang memiliki segi fungsional bagi kesehatan, yaitu sebagai minuman yang memiliki sifat antioksidan.
“Dalam masyarakat ekonomi rendah-menengah dan atas, penggunaan jamu sebagai alternatif obat modern dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen untuk membeli jamu adalah faktor pribadi, kombinasi faktor pemasaran, dan faktor sosial, budaya, dan psikologis. Konsumsi jamu dipengaruhi oleh faktor budaya,” jelasnya.
Materi pertama di sampaikan oleh Wan Epiyanti dengan menyajikan materi tentang mengaplikasikan dalam pembuatan jamu. Selain itu untuk materi kewirausahaan serta metode pendampingan di lakukan melalui online.
Selama kegiatan Pengabdian Masyarakat para Ibu PKK dan mahasiswa sangat berperan aktif sebagai pendamping dalam pembuatan jamu empon menieer baik secara langsung maupun tidak langsung (online ).
Pelatihan ini ditargetkan untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa bakaran batu dan pengetahuan dalam pembuatan jamu empon menieer. Pendampingan ini di susun secara kolektif dengan merencanakan untuk kegiatan dalam pembuatan jamu empon meieer. (***)