MEDAN-Penyakit diabetes melitus atau kencing manis dapat dialami oleh semua populasi dan kelompok umur di seluruh dunia. Diabetes melitus tidak hanya dialami oleh kelompok lanjut usia, namun kini mulai mengancam usia produktif termasuk usia remaja.
Menurut Kementerian Kesehatan kasus diabetes pada anak mencapai 2 per 100.000 jiwa per Januari 2023. Pada anak, kasus diabetes yang banyak ditemukan adalah tipe 1. Sedangkan, diabetes tipe 2 sebanyak 5-10 persen dari keseluruhan kasus diabetes anak. IDAI mencatat, ada 1.645 anak dengan diabetes melitus dan Medan menduduki peringkat ke-10 kasus diabetes anak terbanyak.
Oleh karena itu, dosen dari Institut Kesehatan Helvetia (IKH) Medan sigap melakukan pengabdian kepada masyarakat dengan memberikan penyuluhan swamedikasi penyakit diabetes melitus pada remaja.
Tim Dosen Pengabdian Kepada Masyarakat dalam hal ini diketuai Dosen Prodi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan, apt. Yettrie Simarmata, S.Farm., M.Si dengan anggota apt. Fahma Shufyani, S.Farm, M.Farm, dan apt. Muhammad andry, S.Farm, M.Farm serta serta mahasiswa dari Prodi S1 Farmasi Institut Kesehatan Helvetia Medan, yaitu Anisa Putri Satrio dan Raudah.
Pengabdian masyarakat berlangsung di Perguruan Islam Modern Amanah-SMP Tahfiz Qur’an, Jumat (11 Agustus 2023). Kegiatan bertema “Penyuluhan Swamedikasi Penyakit Diabetes Melitus pada Remaja di Perguruan Islam Modern Amanah SMP Tahfiz Qur’an” ini pun diikuti oleh para remaja di sekolah tersebut.
Yettrie Simarmata selaku ketua tim memaparkan, pengetahuan remaja khususnya mengenai diabetes masih sangat terbatas, padahal penderita diabetes banyak di sekitar kita. Pada umumnya, DM dibedakan menjadi 2 tipe, yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. DM tipe-1 disebabkan oleh pankreas yang tidak memproduksi insulin, sementara DM tipe-2 disebabkan oleh gangguan kerja pankreas yang menyebabkan kurangnya menghasilkan insulin.
Penyebab DM tipe-1 adalah faktor genetik, sedangkan DM tipe-2 adalah sangat erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat seperti berat badan berlebih, obesitas, kurang aktivitas fisik, diet tidak sehat/tidak seimbang, serta merokok. Pola hidup yang kurang sehat dengan konsumsi makanan dan minuman yang memiliki kandungan gula tinggi saat ini menjadi rutinitas kehidupan remaja. Kondisi ini sangat mengkhawatirkan.
Tindakan untuk pencegahan diabetes pada remaja, dapat dilakukan melalui menjaga berat badan ideal, makan buah dan sayur, aktif berolahraga dan mengkonsumsi makanan/minuman rendah gula.
Tujuan pengabdian kepada masyarakat ini dapat menambah pengetahuan pada remaja di Perguruan Islam Modern Amanah SMP Tahfiz Qur’an tentang diabetes dan pencegahan pada usia remaja.
Setelah mengikuti penyuluhan ini, Yettrie berharap, para remaja akan berusaha memenuhi pola hidup sehat yang diawali dengan konsumsi nutrisi yang cukup dan menjaga berat badan ideal agar terhindar dari penyakit diabetes tersebut. Para peserta menyambut baik pengabdian masyarakat yang dilakukan dosen dan mahasiswa Institut Kesehatan Helvetia.
Salah seorang peserta, mengatakan, melalui kegiatan ini menambah pengetahuannya dan paham tentang gejala dan pencegahan terjadinya diabetes, sehingga pentingnya memenuhi pola hidup sehat yang diawali dengan konsumsi nutrisi yang cukup sehingga tercipta remaja sehat bebas penyakit diabetes melitus. (MS7)