Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Pendidikan

Gredu Dukung Sekolah Tatap Muka Tahun 2021

×

Gredu Dukung Sekolah Tatap Muka Tahun 2021

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com| MEDAN- Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nadiem Makarim telah memberikan wewenang kepada Pemerintah Daerah, Kantor Wilayah (Kanwil), dan Kementerian Agama untuk mengizinkan sekolah tatap muka di seluruh Indonesia mulai semester genap tahun ajaran 2020-2021.

Dengan kebijakan baru ini, maka penentuan izin sekolah tatap muka bukan lagi ditentukan berdasarkan zona risiko Covid-19. Terkait rencana pembukaan sekolah tatap muka pada Januari 2021, Gredu sebuah komunitas mendukung sepenuhnya kebijakan terbaru dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tersebut.

“Sebagai bagian dari ekosistem pendidikan di Indonesia, Gredu siap untuk selalu mendukung kebijakan dari pemerintah termasuk untuk pembelajaran tatap muka. Meski demikian perlu untuk tetap mempertimbangkan para siswa yang tidak dapat hadir di sekolah karena berbagai kendala,” ujar Rizky Anies, CEO Gredu, Jum’at (4/12/2020).

Baca Juga:   Pembelajaran Tatap Muka di Serdang Bedagai Segera Dimulai

Sejumlah kendala akan dihadapi oleh sekolah yang membuka kelas tatap muka di awal tahun depan. Selain harus ketat dalam mengedepankan protokol kesehatan, sekolah perlu mengantongi izin dari Kepala Sekolah dan orang tua murid melalui komite sekolah.

“Beberapa ketentuan lainnya yakni sekolah hanya dapat diisi oleh maksimum 50% dari kapasitas dengan sistem rotasi atau shifting, orang tua memiliki hak untuk tidak mengizinkan anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah. Sementara itu, belum ada kepastian terkait status kehadiran bagi tenaga pendidik pada pembelajaran tatap muka,” ujarnya.

Untuk itulah, Gredu lebih mengandalkan Sistem Belajar Campuran (SBC) sebagai jembatan awal agar jadwal belajar dapat dilaksanakan bergiliran seperti piket.

“Sistem ini juga memastikan peserta didik akan memperoleh kualitas pembelajaran yang setara secara daring (online) atau luring (offline). Dengan adanya SBC, Gredu berharap, para tenaga pendidik tidak perlu harus mengajar dua kali atau kebingungan dalam menyeimbangkan kualitas pembelajaran ke siswa,” katanya.

Baca Juga:   GREDU Raih Pendanaan Rp 58 Miliar Untuk Digitalisasi Sektor Pendidikan Indonesia

Selama Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) sejak April hingga Desember 2020, Gredu telah menambah kerja sama dengan lebih dari 300 sekolah di tanah air. Hal ini menunjukkan bahwa online platform yang mendukung terlaksananya PJJ memang dibutuhkan selama kondisi pandemi dan terbukti cukup efektif khususnya bagi masyarakat perkotaan. Disisi lain, masyarakat mulai terbuka untuk belajar melek teknologi.

Rizky mengakui, proses transisi untuk mengubah kebiasaan bersekolah secara konvensional menuju digital tidaklah mudah. Berdasar hasil penelusuran, kendala utama proses digitalisasi dipicu karena ketimpangan tingkat literasi digital dan kepemilikan gawai.

“Problem seperti ini terasa ketika Penilaian Tengah Semester (PTS) pada September 2020 silam. Gawai yang tidak kompatibel, isu kuota dan kecepatan internet, serta pemahaman tentang aplikasi GREDU yang masih belum maksimal, menyebabkan proses PTS menjadi sedikit terhambat,” ujarnya.

Baca Juga:   Pentingnya Platform Online untuk Pengaduan Kasus Perundungan di Sekolah

Guna mengatasi hambatan yang terjadi saat PTS berlangsung, Gredu telah melakukan penggalangan donasi gawai bagi peserta didik yang tidak mampu. Bersama Kitabisa.com dan Kumparan Derma, Gredu menggelar kampanye #UnitGawaiDarurat untuk meningkatkan kemampuan dalam menjalankan aplikasi belajar online.

Selain itu, Gredu juga mendirikan posko secara berkala untuk mengatasi permasalahan yang dialami pengguna, hingga membantu menyediakan materi cetak bagi sekolah yang mayoritas peserta didiknya belum memiliki gawai.(MS11)