mediasumutku.com| MEDAN- Sejumlah harga saham perkebunan mengalami kenaikan belakangan ini. Pasca Pemilihan Presiden di Amerika Serikat ditambah dengan temuan vaksin covid 19 telah membuat kenaikan yang cukup signifikan bagi kinerja harga saham perkebunan.
“Sebagai contoh perusahaan PT Eagle High Plantation (BWPT). Harga sahamnya mengalami kenaikan dari posisi 4 November di harga Rp.94 per lembar, menjadi 104 per lembar saat ini. Atau mengalami kenaikan sekitar 10.6% dalam kurun waktu 2 pekan belakangan. Bahkan, harga saham BWPT sempat meroket di kisaran 106 per lembar pada tanggal 13 November silam, ” kata Analis Keuangan Sumut, Gunawan Benjamin, Sabtu (21/11/2020).
Selanjutnya, harga saham PT London Sumatera Indonesia Plantation (LSIP) juga mengalami kenaikan. LSIP naik dari posisi 955 per lembar saham pada tgl 4 November, menjadi 1.095 rupiah per lembarnya pada saat ini.
“Harga saham LSIP naik 14% lebih dalam dua pekan terakhir. Harga saham perkebunan lainnya yang mengalami kenaikan juga terjadi pada PT Sampoerna Agro (SGRO).
Dimana, pada saat Pilpres AS berlangsung pada tgl 4 bulan ini. Harganya berkisar Rp. 1.285 per lembar. Saat ini harga sahamnya sudah di Rp. 1.560 per lembar saham.
Saham perkebunan lainnya seperti, AALI juga mengalami kenaikan. Pada tanggal 4 silam harga saham AALI 10.550 per lembar saham. Saat ini dijual dikisaran 11 ribu per lembar saham. Kenaikan harga saham SGRO jauh lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata kenaikan harga saham perkebunan lainnya.
Saham SGRO naik lebih dari 21% selama sepekan terakhir. Sementara AALI harga sahamnya naik 4% lebih dalam dua pekan terakhir. Kenaikan harga saham perkebunan tidak terlepas dari kinerja harga komoditas yang mengalami kenaikan tajam belakangan ini.
Dimana harga CPO mengalami kenaikan tajam dari posisinya dikisaran 2.700 ringgit per ton, menjadi 3.300 ringgit per tonnya saat ini.
“Membaiknya harga komoditas belakangan bukan hanya baik bagi petani kita. Tetapi, di pasar saham harga saham sektor perkebunan khususnya sawit mengalami kenaikan yang tajam. Kedepan, selama ekspektasi terkait pemulihan ekonomi terus terjadi, ditambah vaksin covid 19 siap edar. Maka haga saham perkebunan akan bertahan mahal,” pungkasnya. (MS11)