Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

IHSG Sempat Sentuh Level 5.953

×

IHSG Sempat Sentuh Level 5.953

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | JAKARTA – Pada akhir perdagangan Kamis (28/11/2019) kemarin Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sempat menyentuh level 5.953,06.

Di mana penurunan ini dinilai bukanlah hal mengejutkan karena IHSG memang tengah turun dalam enam hari terakhir. Maka sebaiknya apakah saat ini waktunya trading atau investasi saja?

Kepala Riset Koneksi Kapital Indonesia Marolop Alfred Nainggolan mengatakan, penurunan IHSG ini terjadi karena pasar pesimis terhadap tercapainya kesepakatan perdagangan fase satu antara Amerika Serikat dan China.

Selain itu, penutupan beberapa reksadana juga menjadi sentimen negatif dari domestik.

Adapun nilai transaksi yang mini pada perdagangan hari ini memicu IHSG terkoreksi cukup dalam. Lebih lanjut ia menjelaskan, jika ada investor melepas saham di tengah likuiditas pasar yang kurang baik, maka harga yang dilepas bisa jauh di bawah dan IHSG tertekan dalam.

Baca Juga:   Pasar Saham Asia Sedikit Berubah

“Sehingga itu mempengaruhi penurunan IHSG yang jauh lebih dalam,” kata Alfred.

Berdasar data statistik dari Bursa Efek Indonesia (BEI), nilai transaksi perdagangan saham hari Kamis ini sebesar Rp 6,01 triliun saja. Padahal, kata Alfred, nilai transaksi biasanya bisa mencapai Rp 8 triliun hingga Rp 9 triliun per harinya.

Faktor lain, investor asing cenderung masih melakukan aksi jual. Hari ini, net foreign sell tercatat Rp 155,38 miliar. Adapun selama sepekan, net foreign sell mencapai Rp 2,49 triliun.

Menurut Alfred, kondisi pasar saat ini dapat dimanfaatkan untuk mencermati saham-saham yang semakin murah karena faktor pasar yang lesu. Adapun Alfred tetap menekankan mengamati emiten yang sepanjang 2019 ini cukup baik seperti TLKM, ICBP, maupun sektor properti seperti BSDE.

Baca Juga:   Pelaku Usaha Parekraf di Medan Terima Dana Hibah Rp24,4 Miliar

Anak usaha BUMN juga memiliki relatif bagus kinerjanya. “Jadi emiten-emiten yang kinerjanya masih tinggilah,” katanya. Selain itu, perlu dipahami oleh investor bahwa kondisi seperti saat ini memang akan berat untuk investasi jangka pendek.

Jadi ia menyarankan daripada trading untuk jangka pendek, sebaiknya investasi untuk jangka panjang.