Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
EkonomiHeadline

Inilah Efek-efek Pemicu Kebangkitan Rupiah

×

Inilah Efek-efek Pemicu Kebangkitan Rupiah

Sebarkan artikel ini

mediasumut.com | JAKARTA – Berdasarkan data Bloomberg, rupiah menguat 0,78% dalam sepekan. Rupiah saat ini berada di posisi Rp 14.038 per dolar AS.

Sama menguat, kurs tengah BI saat ini berada di posisi Rp 14.064 atau naik sebesar 0,54% sepekan. Pergerakan rupiah terlihat menunjukkan penguatan pekan ini. Hanya saja, penguatannya bersifat terbatas karena sempat kembali tertekan di tengah pekan.

Menurut Analis Monex Investindo Futures Faisyal melihat pergerakan rupiah selama sepekan ini cenderung stabil meskipun tampak menguat. Hal ini dikarenakan sentimen-sentimen yang saling mendominasi antara yang positif maupun negatif. “Sempat menguat dan melemah lagi, sehingga rupiah cenderung flat,” ujar Faisyal.

Faisyal menyebutkan salah satu faktor yang menyebabkan penguatan rupiah adalah anggota kabinet Indonesia Maju yang baru dilantik untuk periode 2019-2024. Dia menilai, pasar masih menyambut baik beberapa orang yang masuk dalam kabinet untuk periode kedua presiden Jokowi. “Pasar optimistis dengan terpilihnya kembali Sri Mulyani menjadi Menteri Keuangan,” kata Faisyal.

Baca Juga:   Harga Emas Antam Stagnan Parkir di Level Rp761 Ribu/Gram

Selain faktor kabinet baru, Faisyal melihat ada dampak dari pemangkasan suku bunga BI pada pekan ini. BI memutuskan untuk memangkas lagi tingkat suku bunga acuannya menjadi 5%. Hanya saja, ia berpendapat tak berdampak banyak untuk penguatan rupiah.

Faisyal menambahkan, penguatan rupiah cukup tertahan dengan faktor yang datang dari eksternal. Dia melihat belum ada kepastian lagi mengenai negosiasi dagang antara China dan AS serta kepastian dari Brexit yang hanya memiliki tenggat waktu hingga akhir bulan ini.

“Pelaku pasar akhirnya mulai menjauhi aset berisiko, salah satunya rupiah,” jelas Faisyal.

Sependapat, ekonom Bank Permata Josua Pardede melihat penguatan juga didominasi oleh sektor domestik. Josua melihat ada efek positif dari pemangkasan suku bunga BI dan pelaksanaan pelantikan presiden Jokowi-Ma’ruf dengan dilanjutkan pembentukan kabinet.

Baca Juga:   Sambut Nataru, The Body Shop Siapkan Koleksi Spesial

“Didukung dengan berjalan lancar segala pelantikan yang terjadi pekan ini dari pelantikan presiden-wakil presiden hingga pelantikan menteri,” ujar Josua.

Hanya saja, Josua berbeda pandangan terkait negosiasi dagang AS-China dan Brexit. Dia menilai sentimen ini justru memberi efek kebangkitan untuk rupiah. Hal ini karena redanya negosiasi tersebut dan mulai ada kepastian dari Brexit. “Brexit sudah ada kesepakatan tinggal menunggu finalisasi sehingga menjadi sentimen positif untuk rupiah,” tutur Josua.

Menurut Josua, sentimen yang menyebabkan rupiah sedikit tertekan ialah kekhawatiran terhadap resesi. Negosiasi dagang antara AS dan China tampaknya belum cukup mampu untuk mengurangi kekhawatiran terhadap perlambatan ekonomi global. “Isu perlambatan ekonomi global masih terus membayangi,” ucap Josua.

Baca Juga:   Menkumham RI Lantik Jhoni Ginting Jadi Dirjen Imigrasi

Pekan depan, pasar menunggu hasil rapat FOMC. Saat ini, pasar memperkirakan The Fed akan memangkas suku bunganya lagi. Jika hal tersebut benar terjadi, keduanya sepakat bahwa rupiah punya peluang untuk menguat.

Josua menebak rentang pergerakan rupiah selama sepekan depan adalah Rp 13.990-Rp 14.125 per dolar AS. Sedikit lebih lebar, Faisyal memperkirakan rupiah akan bergerak di kisaran Rp 13.850-Rp 14.200 per dolar AS.