Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

Jelang Akhir Tahun, Harga CPO Perlahan Bangkit 

×

Jelang Akhir Tahun, Harga CPO Perlahan Bangkit 

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | JAKARTA – Jelanng akhir tahun, Indeks saham sektor agrikultur menorehkan kenaikan tertinggi dibanding sektor lainnya, yakni 2,89% pada perdagangan Jumat (27/12). Angka ini melanjutkan kenaikan pada perdagangan hari sebelumnya yang sebesar 3,23%.

Sejumlah saham produsen crude palm oil (CPO) bahkan menorehkan kenaikan harga lebih dari 5%. Sebut saja, PT Eagle High Plantations Tbk (BWPT) yang naik 13,43% ke Rp 152 per saham dan PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) yang naik 6,88% menjadi Rp 855 per saham.

Melesatnya harga saham-saham tersebut menyusul langkah pemerintah yang menetapkan bea keluar CPO untuk Januari 2020 pada level nol, seiring dengan meningkatnya harga referensi CPO untuk bea keluar menjadi US$ 729,72 per metrik ton. Pemerintah juga akan memulai mandat nasional program pencampuran 30% biodiesel dengan 70% bahan bakar minyak jenis solar (B30) pada Januari tahun depan.

Baca Juga:   Batik Air Sediakan Rapit Test Antigen Covid 19 Secara Gratis 

Analis Artha Sekuritas Nugroho Fitriyanto berpendapat, langkah-langkah tersebut diambil pemerintah untuk kembali menaikkan harga jual CPO. Maklum saja, pasar ekspor yang masih mendominasi penjualan CPO Indonesia, yakni 50%-60% membuat harga CPO Tanah Air sensitif terhadap berbagai hambatan global seperti kampanye hitam CPO yang dijalankan Uni Eropa.

“Dengan kampanye hitam ini, pembelian CPO Eropa bakal berkurang. Jadi, pemerintah mencari cara untuk menaikkan permintaan supaya harganya tidak jatuh,” ucap dia.

Oleh karena itu, ia memprediksi harga CPO ke depan akan cenderung naik. “Investor dari luar negeri juga melihat bahwa Indonesia ini lebih agresif dalam penggunaan biodieselnya,” kata dia.

Bernada serupa, Analis Jasa Utama Capital Sekuritas Chris Apriliony mengatakan, kebijakan-kebijakan pemerintah tersebut memberi dampak positif pada fundamental perusahaan CPO. “Pasalnya, tidak ada penambahan beban perusahaan CPO, sedangkan harga sawit mulai meningkat cukup signifikan pada akhir ini,” ucap dia.

Baca Juga:   Periode Maret 202, Harga Referensi CPO Naik

Dengan melihat kondisi tersebut, Nugroho memprediksi, pendapatan perusahaan-perusahaan CPO akan kembali naik. Hal ini akan turut berimbas pada peningkatan harga saham-saham CPO. “Melihat potensi kenaikan ke depannya, harga saham-saham CPO saat ini masih tergolong murah,” ungkap dia.

Tapi, Nugroho tidak bisa memberikan rekomendasi maupun target harga sahamnya. Dia menyarankan investor untuk memperhatikan saham PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) dan PT PP London Sumatra Indonesia Tbk (LSIP). Selain karena tergolong big caps, menurut dia, kedua perusahaan ini memiliki extraction rate CPO yang lebih baik dari emiten sejenis lainnya.

Chris juga melihat, prospek saham CPO tergolong menarik seiring dengan kenaikan harga jual CPO. “Terlebih sawit sendiri sudah turun sejak tahun 2016 dan penurunannya cukup signifikan sehingga harga-harga saham sawit sekarang ini dihargai cukup murah,” kata dia.

Baca Juga:   Tofan Mahdi, Jubir GAPKI: Soal Sawit, Harus Ada Kebijakan Strategis

Ia merekomendasikan buy saham AALI dengan target harga Rp 15.000 per saham, LSIP Rp 1.600, dan PT Salim Ivomas Pratama Tbk (SIMP) dengan target harga Rp 500 per saham. Ketiga saham ini dipilih karena memiliki fundamental yang masih bagus dan merupakan pemimpin pasar di sektor CPO.