mediasumutku.com|MEDAN-Mengacu kepada realisasi pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara yang minus 2.6% YoY yang menunjukan Sumut dikuartal keempat dan masih berpeluang untuk tumbuh negatif.
Besar kemungkinan pertumbuhan ekonomi Sumut akan tetap negatif selama 3 kuartal.
Pengamat ekonomi Sumut, Gunawan Benjamin mengatakan, dalam menyelamatkan ekonomi selama pandemi ini, memang Bank Indonesia harus melakukan kebijakan yang dapat menjadi motor penggerak ekonomi Sumut di akhir tahun ini, walaupun masih sangat terbatas.
Bahkan, kebijakan ini dinilai tak biasa dilakukan. Namun, pastinya belanja pemerintah masih menjadi motor penggerak utamanya.
“Dan aktifitas ekonomi masyarakat juga belum sepenuhnya menunjukan adanya pembalikan arah yang signifikan. Semuanya masih menunjukan adanya kemungkinan membaik, tetapi belum akan pulih seperti saat sebelum pandemi berlangsung,” katanya, Minggu (8/11/2020).
Yang paling menarik lanjutnya, yang bisa dicermati dari kebijakan BI adalah tentang kebijakan suku bunga acuannya. Kita semua tahu bahwa laju tekanan inflasi di Indonesia termasuk Sumut itu terbilang rendah. Untuk Sumut secara YTD (Year to Date) belum mencapai 1%.
“Dan suku bunga acuan BI 7 DRR masih bertahan di level 4%. Artinya, harusnya besaran suku bunga acuan BI itu pada dasarnya masih memiliki ruang untuk menguat lebih jauh. Tetapi BI belakangan sangat dominan dalam kebijakan moneternya, tetapi tidak dengan kebijakan suku bunga acuannya,”katanya.
Akan tetapi menurut Gunawan, apa yang dilakukan BI itu sudah tepat. Untuk kebijakan suku bunga acuan. Harus juga dipertimbangkan kebijakan lainnya seperti menjaga nilai tukar. Ditengah resesi seperti sekarang ini.
“Nilai tukar Rupiah jangan sampai bergerak liar karena sangat berpeluang untuk memicu terjadinya resesi yang lebih besar,” pungkasnya. (MS11)