Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
HeadlineSumut

Kematian Ternak Babi di Sumut Mencapai 5800 Ekor

×

Kematian Ternak Babi di Sumut Mencapai 5800 Ekor

Sebarkan artikel ini
mediasumutku.com | MEDAN – Kepala Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara, M Azhar Harahap menyebutkan kematian ternak Babi di Sumut mencapai 5800 ekor.
“Sesuai laporan terjadi di 11 kabupaten/kota di Sumatera Utara dengan jumlah kematian sampai hari ini mencapai 5.800,” ungkap Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Sumut, M Azhar Harahap kepada wartawan saat meninjau lokasi bangkai Babi di Danau Siombak, Senin (11/11/2019).
“Yang sudah berhasil dievakuasi 106 bangkai babi dari Danau Siombak. Dilakukan penguburan massal terhadap bangkai Babi tersebut sehingga diharapkan tidak menganggu pencemaran lingkungan terhadap masyarakat di sekitar ini,” ujarnya.
Dalam peninjauan tersebut, turut serta Balai Veteriner Medan, Dirjen Peternakan, Dinas Lingkungan Hidup Medan dan Sumut, BPBD Medan dan Sumut, dan lainnya.
Tim Unit Reaksi Cepat ini terdiri dari berbagai instansi terkait, fokus pencegahan dan penanganan peredaran virus hog cholera Babi.
Azhar menyebutkan, jika tim URC masih melakukan upaya penanganan kasus ini. Pengamatan, pencarian hingga penanganan bangkai Babi akan dilakukan dengan fokus di Sungai Bedera dan Danau Siombak.
“Langkah selanjutnya, BPBD dan Lingkungan Hidup, masih melakukan penanganan dan pengamatan serta pencarian terhadap bangkai babi yang masih ada dialiran sungai dan Danau Siombak ini,” jelasnya.
Sedangkan Kepala Balai Veteriner Medan, Drh H Agustia, MP mengatakan, langkah penanganan yang dilakukan sudah tepat. Upaya menguburkan bangkai Babi sebagai upaya pencegahan agar virus hog cholera tak menjangkiti babi lainnya.
“Apa yang kita lakukan hari ini, adalah langkah yang tepat. Sehingga tidak mencemari lingkungan bagi warga sekitar dan tidak menularkan penyakit pada ternak lain,” ucapnya.
Soal virus African Swine Fever (ASF), Agustia menegaskan, kasus tersebut tak ditemukan di Indonesia. Namun, penanganan Babi yang terinfeksi babi kolera ini semestinya dikubur.
“Ini salah satu hal yang kita lakukan. Bahwasanya, untuk pengamanan lingkungan ternak tidak boleh dibuang ke sungai, tidak boleh dibuang ke hutan. Meskipun kita belum ada ASF. Kita tidak berlaku untuk mengatakan skalanya, kita dengan siaga satu,” pungkasnya.(ms5)
Baca Juga:   Bau Bangkai Babi di Sungai Bederah Resahkan Warga Sekitar