Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

Kinerja IHSG Tercatat Anjlok Selama Oktober 2019

×

Kinerja IHSG Tercatat Anjlok Selama Oktober 2019

Sebarkan artikel ini
Foto : Ilustrasi IHSG/int

mediasumutku.com | JAKARTA – Sejumlah saham besar masih jadi penahan penurunan IHSG selama Oktober. Beberapa di antaranya dibanjiri sentimen positif dan bergerak menguat.

Sepanjang Oktober 2019, kinerja IHSG tercatat anjlok lebih dari 3% dengan saham-saham seperti BBCA, CPIN, PGAS, GGRM, SMGR, TPIA dan INTP jadi saham penahan melorotnya IHSG. Jika dilihat dari kinerja pertumbuhan sahamnya, beberapa emiten pemberat IHSG tersebut justru menunjukkan performa yang positif.

Analis Bina Artha Sekuritas Muhammad Nafan Aji menuturkan, saham CPIN, GGRM maupun PGAS menjadi tiga saham penahan IHSG disebabkan oleh berbagai sentimen yang mempengaruhi masing-masing emiten.

“Memang kalau GGRM turun itu dipengaruhi oleh kebijakan kenaikan cukai rokok tahun depan yang memberatkan kinerja saham GGRM. Kalau saham CPIN dipengaruhi oleh isu terkait pakan ternak yang harganya tinggi sehingga mempengaruhi pergerakan harga saham.

Baca Juga:   Wall Street Terduduk di Zona Merah

Sementara untuk PGAS, terkait penurunan laba bersih semester I-2019 menjadi Rp 162 miliar dari Rp 2,6 triliun di semester I-2018,” tutur Nafan.

Jika dilihat kinerjanya, Nafan menuturkan PGAS masih menunjukkan pertumbuhan yang positif. Pertumbuhan positif ini didorong dari wujud komitmen PGAS dalam rangka peningkatan distribusi gas, Efisiensi bisnis dan inovasi bisnis yang dilakukan PGAS seperti pembangunan penyaluran gas untuk kebutuhan rumah tangga.

Dibuatnya beragam kebijakan strategis ini menurut Nafan menjadi sentimen positif yang membuat harga saham PGAS cenderung defensif terhadap sentimen-sentimen negatif yang mempengaruhi IHSG.

Begitu pula dengan GGRM yang walaupun terpengaruh oleh sentimen kenaikan cukai rokok dinilai Nafan tetap memiliki demand yang besar dan stabil serta terus berinovasi sehingga tetap akan digandrungi oleh pasar.

Baca Juga:   Mata Uang Garuda Kokoh Bertengger Rp14.009/U$D

Kinerja fundamentalnya secara tahunan masih menunjukkan tren kenaikan laba bersih sejak tahun 2012.

Untuk CPIN, Nafan menilai pertumbuhan positif CPIN didorong oleh sentimen impor jagung yang menjadi katalis positif bagi pergerakan saham CPIN setelah sebelumnya CPIN dipengaruhi oleh sentimen mahalnya harga pakan unggas.

Selain itu Nafan juga menilai produk olahan yang juga menjadi salah satu barang produksi CPIN berkontribusi positif karena memiliki demand yang positif terkait kebutuhan pasar akan produk-produk makanan olahan.

Nafan menyimpulkan baik GGRM, CPIN dan PGAS hingga akhir tahun nanti sama-sama masih prospektif dan menarik untuk diakumulasikan menimbang beragam sentimen yang sudah disebutkan tersebut.

Untuk saham CPIN, Nafan memberikan target poin di level Rp 7.320 untuk jangka panjang, GGRM di level Rp 65.500 setelah sentimen window dressing mulai terlihat dan PGAS di level Rp 2.360 dengan rekomendasi hold.

Baca Juga:   Lion Air Mudahkan Layanan Rapid Test ANTIGEN Covid-19

Sementara dari sisi sektor perbankan, Head of Research Narada Asset Kiswoyo Adi Joe menuturkan BBCA dan IHSG saling berkaitan. Pasalnya BBCA merupakan salah satu saham yang dapat menggerakan IHSG.

Secara fundamental Kiswoyo menilai IHSG masih menunjukkan performa yang baik meskipun secara PER dan PBV Kiswoyo membenarkan BBCA memiliki angka yang lebih tinggi ketimbang emiten perbankan lainnya karena memiliki track record NPL yang rendah. Kiswoyo menargetkan harga saham BBCA di level Rp 33.000.