Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
EkonomiHeadlineKesehatanNasional

Lawan Covid-19, Kedai Kopi Ini Disulap Jadi ‘Pabrik’ Masker Kain

×

Lawan Covid-19, Kedai Kopi Ini Disulap Jadi ‘Pabrik’ Masker Kain

Sebarkan artikel ini

Mediasumutku.com | Mojokerto : Seorang pengusaha warung kopi (Warkop) dan konveksi menyulap kedai kopi miliknya menjadi tempat pembuatan masker kain. Upaya warga Suromulang Timur, Kelurahan Surodinawan, Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, semata-mata membantu mencegah penularan virus corona (covid-19).

Pemilik kedai, Khoirina Melanie menjelaskan awalnya memiliki usaha warung kopi dan konveksi pakaian seragam sekolah. Lantaran imbauan pemerintah menutup warung untuk menjalankan pembatasan sosial dan pembatasan fisik selama pandemi virus corona membuatnya memutar otak.

“Awalnya warung kopi nyambi konveksi baju seperti seragam sekolah, seragam drumband. Sejak ada imbauan agar tidak membuka warung kopi, kami berpikir bagaimana agar bisnisnya tetap jalan dan karyawannya tetap bekerja. Kami buka konveksi masker sejak ada permintaan masker,” ungkap Melanie saat ditemui awak media, Sabtu (11/4/2020).

Baca Juga:   Was-was Covid 19 Warnai Pembukaan Rakerwil I APEKSI 2020

Melanie memasarkan produk masker buatan konveksinya melalui online dengan memanfaatkan media sosial dan aplikasi percakapan whatsapp.

“Saya jual lewat online ke teman-teman dengan menerima pesanan satuan hingga lusinan. Lama-lama kami menerima pesanan dengan jumlah banyak,” jelasnya.

Masker dua lapis bahan kain katun dijual dengan harga eceran Rp 6 ribu per lembar, harga per lusin Rp 70 ribu. “Sehari kami bisa memproduksi 1.000 masker. Saat ini, kami sudah menerima pesanan dari Kecamatan Prajurit Kulon, Kabupaten Mojokerto,” paparnya.

Saat ini, pekerja yang ada di Konveksi Melanie ini terdapat sembilan orang. Namun, ada pekerja lain yang diperkerjakan dari rumah untuk memproduksi masker.

“Kami memproduksi masker sejak dua mingguan terakhir atau sejak imbauan tidak membuka warung kopi. Pekerja di sini ada sembilan orang, yang menjahit masker dari rumah ada lima orang jadi mereka masih produktif meski ada di rumah,” terangnya.

Baca Juga:   Mayoritas Bursa Asia Parkir di Zona Hijau

Wanita berusia 22 tahun ini bisa mengirim masker ke luar dari seperti Sidoarjo bahkan ke Kalimantan.

“Saya sudah mengirim ke Sidoarjo, Surabaya, Lamongan, Malang. Kemudian ke teman saya yang ada di Jakarta dan saudara yang ada di Kalimantan,” ungkapnya.

Sampai saat ini, pendapatan yang diraup oleh Melanie mencapai Rp 10 juta hanya dalam dua minggu memproduksi masker.

(MS9/Okz)