Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
EkonomiSumut

Melihat Pembuat Pangir Musiman di Asahan, Ramuan Mandi Wangi Jelang Ramadan

×

Melihat Pembuat Pangir Musiman di Asahan, Ramuan Mandi Wangi Jelang Ramadan

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | ASAHAN – Sebelum memasuki bulan puasa, biasanya banyak kebiasaan masyarakat Indonesia yang sudah menjadi tradisi turun temurun termasuk di Sumatera Utara (Sumut) untuk menggembirakan datangnya bulan penuh ampunan. Salah satunya, mandi pangir.

Pangir sendiri, merupakan tujuh jenis dedauanan beraroma  wangi yang cukup khas, diikat menjadi satu terdiri dari daun pandan, akar kausar, serai wangi, daun nilam, batang embelu, daun jeruk dan bunga pinang.

Pangir, direbus dalam satu baskom air mendidih hingga warna air berubah menjadi agak cokelat. Setelah mendidih, aromanya wangi menyengat, kemudian dicampurkan dengan air dingin untuk mandian. Mandi pangir biasanya dilakukan sore hari menjelang ibadah salat tarawih malam pertama Ramadan.

Baca Juga:   DHC Badan Pembudayaan Kejuangan 45 Pelopor Penanaman Nasionalisme ke Generasi Muda

Di Kabupaten Asahan, Sumatera Utara persisnya di dusun I desa Pondok Bungur Kecamatan Rawang, terdapat satu desa yang warganya secara musiman membuat ramuan pangir beberapa hari menjelang Ramadan.

“Biasanya, kami sudah membuat pangir ini lima hari menjelang bulan Ramadhan. Sehari bisa buat seribu gulung, kalau totalnya nanti terjual sehari sebelum puasa bisa lima sampai tujuh ribu gulung,” kata Suriani (30) seorang ibu rumah tangga pembuat pangir musiman di Asahan kepada wartawan, Jumat (9/4/2021).

Suriani, sudah meneruskan usaha musiman ini sejak jaman kakeknya dulu dan sudah menjadi turun temurun. Biasanya para agen maupun pedagang eceran dari luar kota datang ke desa mereka untuk memborong pangir dan dijual di pasar.

Baca Juga:   Jelang Lebaran, 'Oknum Mengaku Jaksa' Berkeliaran, Segera Laporkan

“Biasa sudah datang agen langganan setiap tahun ke sini. Nanti mereka jual lagi ke pedagang bahkan dari sini sampai ke Medan,” kata Suriani.

Warga desa, biasanya menanam sendiri tujuh jenis dedaunan pangir menjelang puasa di ladang belakang rumah mereka masing masing, dibalut hingga akhirnya diedarkan ke pedagang di pasar. Satu ikat, dijual ke agen seharga seribu rupiah. Namun biasanya di jual ditingkat pedagang eceran dua hingga tiga ribu rupiah satu gulungan tergantung besar ukuran.

“Kalau mandi pangir ini sudah lama jadi tradisi. Bisa dimaknai dengan pembersihan diri jasmani dan rohani menyambut Ramadan,” kata dia. (MS10)