Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

Pandemi Covid-19, Investor Milenial Berinvestasi di Pasar Modal Domestik

×

Pandemi Covid-19, Investor Milenial Berinvestasi di Pasar Modal Domestik

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com| MEDAN- Pandemi Covid-19 memberikan tekanan bagi perekonomian dan pertumbuhan bisnis di dunia. Namun di sisi lain, pandemi Covid-19 justeru menciptakan peluang khususnya bagi para investor milenial untuk berivestasi di Pasar Modal domestik.

Kepala Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara Muhammad Pintor Nasution mengatakan, hal ini lantaran bisnis atau sektor riil tengah lesu akibat pandemi.

“Terlebih, tren suku bunga rendah saat ini semakin mendorong masyarakat untuk menempatkan dananya dalam bentuk portfolio investasi di pasar modal,” ujarnya, Jumat (26/2/2021).

Menurut Pintor, peluang berinvestasi bagi para milenial di pasar modal ini, salah satunya yakni didorong oleh aktivitas daring atau online yang meningkat selama pandemi.

Transaksi pasar modal yang telah dilakukan secara online melalui fasilitas online trading, memberi keleluasaan bagi para investor baru terutama milienal. Dengan berbekal gadget dan internet, para milenial dapat mengakses layanan investasi saham secara online di mana saja dan kapan saja.

Baca Juga:   Mamikos Hadirkan Apik by Singgahsini, Solusi Pengelolaan Properti yang Terjangkau

Ia mengakui, berinvestasi di pasar modal melalui Bursa Efek Indonesia (BEI) layaknya bermain game online. Apalagi, saat ini marak bermunculan para influencer yang turut meramaikan aktivitas berinvestasi mereka di media sosial sehingga mendorong milenial untuk ikut melakukan aktivitas yang sama.

Disebutkannya, dari total 4,2 juta investor di pasar modal per Januari 2021, sebesar 54,90 persen investor didominasi oleh usia dibawah 30 tahun atau dikategorikan sebagai milenial. Sementara itu, 1,3 juta investor adalah berusia di bawah 40 tahun. Sepanjang tahun 2021, investor baru dengan usia 18–25 tahun telah bertambah sebanyak 108.813 investor sehingga jumlah totalnya menjadi 623.069 investor. Persentasi investor baru milenial ini menempati porsi 50,7 persen dibanding total investor baru.

“Hasil riset BEI menemukan bahwa kelompok milenial cocok berinvestasi di pasar modal karena, alasan kesesuaian antara karakter pasar modal dan karakter para milenial. Karakter pasar modal yang cenderung dipengaruhi oleh perkembangan atau update berita terkini, sejalan dengan karakter milienal yang selalu mencari informasi dan mengikuti perkembangan teraktual,” katanya.

Baca Juga:   BPGKT Membuahkan Hasil, Kaldera Toba Jadi Anggota Unesco

Dia menilai, milenial juga memiliki karakter fast decision maker, hal ini sesuai dengan karakter pasar modal yang membutuhkan pengambilan keputusan secara mandiri dan terjangkau. Selain itu, karakter investasi di pasar modal membentuk komunitas untuk berbagi informasi dan tips, hal ini sesuai dengan karakter milenial yang bersifat highly connected. Sementara karakter pasar modal yang serba digital, sesuai dengan karakter milenial yang digital native.

Namun perlu diingat, para investor milenial jangan sampai terjebak fenomena “mology” atau pompom saham. Pompom saham adalah aksi investasi di pasar modal sekadar ikut-ikutan, mengikuti apa yang dilakukan para influencer. Rekomendasi dan analisis dari influencer harus diwaspadai, terutama bagi investor pemula yang masih minim literasi.

“Jangan sampai, para investor milenial akhirnya membeli atau menjual saham tanpa memperhitungkan potensi untung atau pun rugi di masa depan,” tukasnya.

Baca Juga:   Pertumbuhan Ekonomi Sumut Triwulan 1-2021 Capai 207 Triliun

Melihat maraknya fenomena ini, BEI melakukan upaya edukasi secara berkelompok kepada para investor melalui berbagai kanal yang tersedia di pasar modal.

Direktur BEI Pengembangan Hasan Fawzi mengatakan, para influencer dan juga investor harus memahami berinvestasi saham bukanlah sesuatu yang instan. Perlu waktu untuk memahami, mempelajari, serta meningkatkan kapasitas diri dalam berinvestasi.

“Mereka harus betul-betul memahami investasi, harus menyediakan waktu dan memberi waktu, untuk belajar, meningkatkan kapasitas agar apa yang diharapkan bisa dipetik di kemudian hari,” paparnya.

Hal penting yang harus diingat investor, yakni ‘Teman adalah Waktu’. BEI membagi tema edukasi ‘Teman adalah Waktu’ itu ke dalam tiga bagian. Pertama, waktu untuk merencanakan dan mengelola keuangan degan baik. Kedua, setiap produk memiliki keuntungan, risiko dan horizon waktu yang berbeda, sehingga strategi investasi perlu disesuaikan. Ketiga, waktu untuk berproses dan belajar dilakukan terus menerus, tidak bisa instan langsung profit atau langsung mendapat cuan. (MS11)