Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Berita SumutHeadlineMedanPerkebunan & PertanianSumut

Parlindungan Purba : Ke Depan Perlu Ada Upaya Berkesinambungan Dalam Mensosialisasikan Pertanian Organik dan Pupuk Organik

×

Parlindungan Purba : Ke Depan Perlu Ada Upaya Berkesinambungan Dalam Mensosialisasikan Pertanian Organik dan Pupuk Organik

Sebarkan artikel ini

MEDAN-Produk pertanian organik semakin diminati, akan tetapi karena proses penanaman, perawatan, pemupukan dan proses panennya perlu ketelatenan, petani kita jadi lebih memilih sistem pertanian an organik yang menggunakan pupuk berbahan kimia. Padahal, produk pertanian organik memiliki prospek yang sangat menjanjikan ke depan.

Demikian disampaikan Parlindungan Purba saat menjadi moderator pada acara seminar daring (zoom meeting) dengan Topik: Prospek Pupuk Organik & Pasar Tanaman Organik, Dialog dengan Masyarakat Petani dan Pertanian Organik Indonesia, Selasa (25/4/2023).

Seminar daring ini dihadiri berbagai praktisi dan penggiat pertanian di Sumatera Utara, Jawa dan daerah lainnya. Terlihat hadir dalam acara tersebut Anggota DPR RI dari Komisi VII Hendrik H Sitompul, Anggota DPRD Sumut dr. Tuahman Purba, Rudolf V Saragih, Tokoh Organik Sumut Ir. Soekirman, Pastor Sabat Nababan, Ketua Pengusaha Katolik (Pukat) Keuskupan Agung Medan (KAM) Sumut Hendry Wigin, Ketua Masyarakat Pertanian Organik (Maporin) Subandriyo, Kabid di Dinas Pertanian Johni Akim Purba, pengusaha, jurnalis dan peserta lainnya.

Baca Juga:   Calon Anggota DPD RI Parlindungan Purba Tandatangani Pakta Integritas Pemilu Damai Tahun 2024

Penggiat pertanian organik Made Sukarsawan menyampaikan untuk mendukung program pertanian organik dan pembuatan pupuk organik perlu satu persepsi yang sama dalam membangunnya.

“Kita harus duduk bersama dan memiliki persepsi yang sama dalam membangun sistem pertanian organik ini, kita juga harus mengetahui seperti apa kriteria produk pertanian organik yang diterima di pasar dunia,” kata Made Sukarsawan.

Dalam diskusi ini, pastor Paroki Rabat Nababan memaparkan bagaimana ia dan petania di Samosir, khususnya di Simanindo dalam membuat eceng gondok menjadi pupuk organik. Hal tersebut muncul karena kalau sampah eceng gondok dibiarkan akan memberikan dampak buruk bagi lingkungan sekitar.

“Eceng gondok memiliki kandungan bahan organik yang sangat dibutuhkan tanaman. Jadi, kita melakukan integrasi pembersihan Danau Toba dan sampahnya kita manfaatkan jadi pupuk organik,” kata Pastor Rabat Nababan.

Baca Juga:   Wabup Sergai Akan Didapuk Jadi Pembicara di TERATI 2023

Ketua Pengusaha Katolik (Pukat) Keuskupan Agung Medan (KAM) Sumut Hendry Wigin menyampaikan bahwa proses pembuatan pupuk organik sudah berjalan di Berastagi. Ke depan, perlu rencana tata ruang komoditas agar petani mengerti di tanahnya cocok ditanam tanaman apa, petani bisa menyesuaikan komoditi apa yang baik dan cocok di tanah miliknya.

Dari diskusi tersebut, mantan Anggota DPD RI Asal Dr. Parlindungan Purba, SH,MM menyampaikan bahwa ke depan perlu ada Perda tentang pemanfaatan pupuk organik seperti yang sudah dilakukan di Bali.

“Ke depan, pemerintah agar mempersiapkan tata ruang tanaman pertanian di Provinsi dan Kabupaten/Kota. Tata ruang komoditas ini akan memudahkan bagi petani dan pemerintah dalam menentukan tanaman apa yang cocok di kawasan tersebut,” kata Parlindungan Purba.

Untuk kemajuan produk pertanian organik ini ke depan, lanjut Parlindungan Purba yang juga Dewan Penasehat APINDO Sumut perlu bantuan pemerintah untuk pembiayaan sertifikasi produk organik atau upaya lain yang bisa dilakukan masyarakat.

Baca Juga:   Lakukan Berbagai Terobosan, Pemko Medan Dinilai Tampil Beda Tahun 2021

“Perlu ada upaya terus menerus atau berkesinambungan dalam mensosialisasikan pemanfaatan dan pembuatan pupuk organik, hasil tanaman pangan organik dan tanaman hortikultira organik,” tandasnya.

Tidak hanya dukungan dari pemerintah dan pengusaha, tambah Parlindungan perlu dukungan perbankan dalam mendukung pengembangan pertanian organik.

Lewat diskusi yang diikuti berbagai praktisi ini, Parlindungan ingin mengajak seluruh stakeholder untuk memberikan perhatian terhadap pengembangan pertanian organik sesuai dengan ilmu dan kapasitas masing-masing.

“Disini kita bisa saling bertukar pikiran baik dari anggota dewan untuk mendorong kebijakan, pakar pertanian yang memberikan pemikiran secara teknis, para birokrat yang menjadi pihak pelaksana kebijakan dan lainnya. Dengan begitu, kita bisa mengambil satu poin penting untuk kemudian menjadi rekomendasi dari diskusi ini untuk mencapai tujuan pertanian organik yang unggul dan diterima di pasar lokal, nasional maupun pasar internasional,” tandas Parlindungan Purba.