Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Ekonomi

Pasar Obligasi Indonesia 2021 Masih Prospektif

×

Pasar Obligasi Indonesia 2021 Masih Prospektif

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com| MEDAN- Pasar obligasi Indonesia sempat mengalami tekanan seiring dengan merangkaknya yield US Treasury dalam beberapa waktu terakhir, namun untuk tahun 2021 ini pasar obligasi masih prospektif.

Kepala Kantor Bursa Efek Indonesia Wilayah Sumut, Muhammad Pintor Nasution mengatakan, hal itu terjadi karena asumsi bahwa pemulihan ekonomi AS yang lebih cepat akan memicu diterapkan kebijakan taper tantruma akan terjadi lebih cepat pula.

“Walau sempat mengalami tekanan karena kenaikan yield US Treasury, menurut data Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI), yield obligasi Indonesia tetap masih atraktif,”katanya, Jumat (19/3/2021).

Head of Research & Market Information Department PHEI Roby Rushandie mengatakan, hal itu terbukti dari real yield obligasi negara Indonesia masih mencapai level 5,24 persen.

Baca Juga:   Rupiah Menari di Atas Angin Sementara Dolar AS 'Keok'

“Jika dilihat dari inflasi Indonesia yang lebih rendah, bahkan cenderung stabil pergerakannya, bahkan inflasi bisa di bawah 2 persen, real yield 5,24 persen tentu saja lebih tinggi,” katanya.

Di pasar SBN domestik, menurut Roby, sempat terjadi peningkatan CDS dan Volatility Index (VIX) yang terjadi pada Februari lalu menjadi pertimbangan bagi asing untuk berinvestasi di Indonesia. Karena itu, meski peluang positif tetap ada, ia mengingatkan risiko sudden reversal.

“Real yield SBN kita masih lebih tinggi ketimbang negara lainnya, yaitu di kisaran 5,24%. Namun, apabila kenaikan yield US Treasury berlanjut, itu berpotensi menimbulkan risiko sudden reversal. Asing lebih memilih beralih ke US Treasury karena dianggap sebagai safe haven,” ucap dia.

Baca Juga:   Jelang Akhir Tahun, Pasar Saham Global Tergelincir

Sedangkan minat pasar obligasi korporasi, menurutnya juga diperkirakan lebih tinggi tahun ini akibat berbagai sentimen positif yang muncul bersamaan dengan kuatnya optimisme bahwa ekonomi segera pulih, termasuk ditopang oleh upaya pengendalian penyebaran COVID-19 dan percepatan vaksinasi. (MS11)