MEDAN-Dimulainya pembelajaran tatap muka terbatas sejak Kota Medan ditetapkan berada di level 2, membuat beberapa siswa yang mengikuti pembelajaran masih bingung dengan aturan yang diterapkan.
Namun demikian, di beberapa sekolah pemberlakuan PTM terbatas ini membawa angin segar bagi sebagian besar orang tua yang selama ini merasa resah dengan pembelajaran daring terhadap anaknya.
Pengakuan orang tua, pemberlakuan PTM terbatas diharapkan dapat membangkitkan kembali semangat belajar anak-anak yang selama ini hanya belajar daring.
Direktur Akademik PrimeOne School Medan, Dr Fauziah Khairani Lubis, MHum, Selasa (12/10/2021) menyampaikan bahwa pemberlakuan belajar tatap muka di sekolah Satuan Pendidikan Kerjasama (SPK) POS Medan masih berlaku untuk siswa SMP dan SMA sesuai dengan surat edaran dari Dinas Pendidikan.
“Untuk jenjang pendidikan SD, kita masih menunggu surat edarannya. Yang pasti, sekolah POS Medan sudah siap dengan penerapan pembelajaran tatap muka terbatas, fasilitas pendukung sudah kita siapkan sejak jauh-jauh hari,” kata Fauziah.
Pola penerapan PTM terbatas, lanjut Fauziah, siswa yang masuk hanya 25 persen anak tiap kelas, untuk siswa SMP diberikan pilihan apakah ikut belajar tatap muka atau daring dari rumah. Pembelajaran di dalam kelas juga masih dibatasi hanya sampai 2 jam sesuai aturan pemerintah.
“Setiap siswa yang ikut PTM terbatas harus mengikuti aturan protokol kesehatan ketat. Dimana selama pembelajaran berlangsung siswa tidak diperkenankan untuk melepas masker, saat masuk ke dalam kelas diberlakukan jaga jarak. Setiap siswa diwajibkan mencuci tangan pakai sabun di air yang mengalir sebelum dan sesudah pembelajaran usai,” jelas Fauziah.
Fauziah menambahkan, untuk siswa SMA, POS Medan menerapkan program blended learning. Program Blended learning merupakan pembelajaran yang didukung oleh kombinasi efektif dari cara penyampaian, cara mengajar dan gaya pembelajaran yang berbeda serta ditemukan pada komunikasi terbuka diantara seluruh bagian yang terlibat dengan pelatihan”. Sedangkan untuk keuntungan dari penggunaan blended learning sebagai sebuah kombinasi pengajaran langsung (face-to-face) dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial.