Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Sumut

Pemkab Sergai Gerak Cepat Pencegahan Virus Hog Cholera

×

Pemkab Sergai Gerak Cepat Pencegahan Virus Hog Cholera

Sebarkan artikel ini

mediasumutku.com | SERGAI- Penyebaran virus hog cholera sedang menjadi permasalahan serius yang dihadapi pihak terkait, baik pemerintah, peternak babi dan konsumen di Sumatera Utara (Sumut).

Setidaknya sekitar empat ribu ternak babi mati akibat terjangkit virus yang dikenal juga sebagai Classical Swine Fever (CSF) ini, seperti yang diinformasikan oleh Dinas Ketahanan Pangan Provinsi Sumatera Utara (Provsu).

Hal ini dikatakan Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Serdang Bedagai (Kominfo Sergai) H Akmal kepada wartawan di sela-sela Bulan Bakti Gotong Royong Masyarakat (BBGRM) XVI dan Hari Kesatuan Gerak (HKG) PKK ke-47 di Lapangan Bola PT Cinta Raja Kecamatan Silinda, Rabu (6/11/2019).

Akmal mengatakan, Kabupaten Sergai merupakan salah satu daerah yang terdampak penyebaran virus hog cholera, bersama 6 kabupaten lain yakni Dairi, Humbang Hasudutan, Toba Samosir, Tapanuli Utara, Karo dan Deli Serdang. Tercatat kurang lebih ada 500 ekor laporan kematian ternak babi yang terpusat di desa-desa khususnya di Desa Pon, Gempolan dan Desa Sei Belutu Kecamatan Sei Bamban.

Baca Juga:   Kadin Sumut : Industri Perlu Laksanakan Proper

Lanjut Akmal, Pemkab Sergai melalui Kadis Ketapang M. Aliuddin diwakili Kabid Peternakan dan Kesehatan Hewan, Drh. Andarias Ginting M.Si melaporkan jika sudah dilakukan tindakan cepat tanggap berupa penanggulangan dan usaha preventif, di antaranya melakukan penyuluhan dan edukasi kepada peternak dan stakeholder di Desa Sei Belutu tentang pencegahan agar virus tidak menyebar ke wilayah lain.

Selain itu, lanjutnya, telah dilakukan pendataan terhadap peternakan babi yang berpotensi terserang penyakit.

“Pendataan tersebut diperlukan untuk mendapatkan data yang konkrit menyangkut populasi ternak babi se-Kabupaten Sergai sehingga dapat diambil langkah tindak lanjut,” kata Akmal

“Tak hanya itu, kita juga telah melaksanakan peninjauan lokasi bagi peternakan babi di wilayah yang terindikasi terjangkit penyakit kolera babi dan melakukan penyuntikan kekebalan atau daya tahan terhadap penyakit pun sudah dilakukan.

Baca Juga:   Edy Rahmayadi Berharap Penyebaran Covid-19 Bisa Dikendalikan

Penyuntikan ini bekerja sama dengan bidang kesehatan hewan pada Dinas Pertanian Provsu,” ujar Kadis Kominfo.

Akmal menambahkan, Dinas Ketapang juga sudah melaporkan secara detail kejadian ke Dinas Ketapang Provinsi Sumut, ke pusat melalui laporan Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (Isikhnas) juga ke Balai Veteriner Medan.

Dinas Ketapang tak lupa melakukan sosialisasi kepada petugas lapangan dan masyarakat melalui penyuluhan-penyuluhan intensif, terutama tindakan yang harus diambil terhadap ternak yang mati agar bangkai ternak segera dibakar atau minimal dikubur, bukan dibuang sembarang.

Selain itu, lanjutnya, melakukan koordinasi dengan petugas peternakan, PPL dan stakeholder juga aktif dilakukan untuk menyatukan pengertian dalam menghadapi permasalahan ini. Terbaru, pada tanggal 1 November lalu, Balai Veteriner Medan juga turun bersama-sama dengan Dinas Ketapang untuk melakukan investigasi di desa Gempolan dan Penggalangan, Kecamatan Sei Bamban.

Hasil dari investigasi mengungkap jika sudah mulai terjadi kematian ternak sejak bulan Agustus. Dalam investigasi ini juga sudah dilakukan pengambilan sampel darah dan organ untuk dilakukan pemeriksaan lebih lanjut di laboratorium. Tak hanya itu, Dinas Ketapang juga telah melakukan imbauan dan sosialisasi kepada seluruh masyarakat melalui Radio Sergai FM, terang Akmal.

Baca Juga:   Tingkatkan Sinergitas, Kakan Imigrasi Silaturahmi ke Pemko Tanjungbalai

“Pemberian disinfektan berupa cairan semprot cuci kandang jenis glutanol dengan turun mendistribusikan ke masyarakat juga sudah dilakukan oleh Dinas Ketapang. Disinfektan ini memang tidak bisa menyembuhkan ternak yang sudah terjangkit karena virus hog cholera belum ditemukan obatnya, namun pemberian disinfektan terbukti berdampak cukup signifikan terhadap penurunan jumlah ternak yang mati.

Menurut keterangan Adarias Ginting, tambah Akmal, menyebut walaupun gejala yang ditunjukkan hewan ternak yang mati cenderung persis seperti simtom virus hog cholera namun pihaknya masih menunggu Kementerian Pertanian untuk merilis statement resmi perihal jenis penyakit dan tindakan lanjutan lain yang perlu diambil, demikian disampaikan Kadis Kominfo H Akmal.