Scroll untuk baca artikel
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
Media Sumutku Merah
Media Sumutku Biru
previous arrow
next arrow
Kesehatan

Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak Bisa Hambat Pertumbuhan

×

Penyakit Jantung Bawaan Pada Anak Bisa Hambat Pertumbuhan

Sebarkan artikel ini

mediasumutku | MEDAN – Penyakit jantung bawaan pada anak bisa menghambat pertumbuhannya. Anak yang diketahui menderita jantung bawaan sejak lahir dan tidak segera ditangani, maka bisa berakibat tumbuh kembangnya menjadi lambat. Misalnya, belum bisa berjalan padahal seharusnya sudah bisa berjalan atau sudah bisa bicara sesuai umurnya.

Untuk itu, orang tua harus peka dengan buah hatinya terhadap penyakit jantung bawaan. Sayangnya, banyak orang tua yang terlambat mengetahui hal tersebut. Padahal, ada beberapa tanda-tanda penyakit itu yang bisa dilihat secara fisik.

Seperti, anak yang kerapkali mengeluh kesulitan bernapas, susah makan, pertumbuhan terganggu, banyak berkeringat hingga mengalami penurunan tekanan darah bisa menjadi tanda mengalami penyakit tersebut.

Dokter Ali Nafiah Nasution SpJP dari Pusat Jantung Terpadu (PJT) RSUP H Adam Malik menuturkan, penyakit ini didapat dari lahir dan bisa sampai dewasa. Prevalensinya, 8 dari 1.000 orang hidup bisa menderita penyakit jantung bawaan. Meski begitu, penyakit ini bisa ditangani tapi memiliki penanganan yang berbeda satu sama lain tergantung bagaimana penyakit yang dialaminya.

Baca Juga:   Akhyar Pimpin "Razia Masker" di Pasar Sentosa Baru, Sita 16 KTP

“Terkadang, ada yang baru ketahuan saat pas sudah dewasa. Kalau simpel penyakitnya masih bisa tanpa operasi, tapi kalau kompleks tetap harus operasi,” ungkap Ali yang diwawancarai baru-baru ini.

Untuk penyakit jantung bawaan yang simpel, sebut Ali, yaitu sesak napas. Namun, kalau diderita anak-anak biasanya tidak mudah kelihatan. Apabila diamati baru bisa ketahuan, seperti napasnya cepat atau dalam.

“Kalau bayi bisa ditanyakan kepada ibunya, bagaimana ketika menyusui? Jika sebentar-sebentar menyusui, enggak kuat mengisapnya, mudah berkeringat, maka kemungkinan ada menderita penyakit tersebut,” ujarnya.

Selain itu, biasanya sering batuk dan demam ketika bayi. Apabila hampir setiap bulan bayi mengalami batuk dan demam, maka bisa jadi mengalami penyakit jantung bawaan. “Karena proses menyusui terganggu, maka otomatis pertumbuhannya terganggu juga atau gagal tumbuh kembang,” cetusnya.

Diutarakan Ali, beberapa gejala simpel penyakit jantung bawaan tersebut paling sering dialami pada anak tetapi tidak dalam kondisi wajah membiru. Karenanya, jika kondisi wajah membiru maka lebih jelas dan mudah ketahuan.

Baca Juga:   Terkini Sumut, ODP Naik 3.794 Orang, PDP Naik 117 Orang, Positif Covid 46 Orang dan 5 Pasien Meninggal

“Misalnya, ketika menangis wajahnya membiru. Biasanya, penyakit jantung bawaan seperti ini sudah ketahuan sewaktu usia bayi. Sedangkan, untuk yang tidak membiru wajahnya baru ada keluhan pada dekade 2, 3 atau 4,” terang Ali.

Ali mengaku, pernah menangani pasien yang menderita penyakit jantung bawaan. Pasien tersebut adalah seorang wanita berusia 32 tahun. Tindakan yang dilakukan dengan penutupan lubang di jantung tanpa operasi.

“Pasien mengalami gangguan jantung bawaan dari lahir, keluhannya mudah capek sejak 3 bulan belakangan dan sudah berobat ke rumah sakit di Penang, Malaysia. Pasien didiagnosa ada lubang di antara serambi kiri dan kanan jantungnya. Lalu, dianjurkan operasi tapi pasien tidak bersedia karena langsung down atau cemas,” papar Ali.

Pasien itu kemudian datang ke RSUP H Adam Malik sekitar dua bulan lalu, dan ditangani olehnya dan tim PJT. Setelah diperiksa, ternyata memang ada lubang dengan ukuran 14 sampai 18 milimeter di antara sekat serambi kiri dan kanan jantungnya.

Baca Juga:   Kapolres Sergai Cek Rumah Isolasi Mandiri

Namun, karena lubang tidak terlalu besar maka disarankan untuk dilakukan pemeriksaan melalui Trans-esophageal echocardiografi (TEE). Pemeriksaan itu, untuk mengetahui apakah lubang ini bisa ditutup tanpa operasi yaitu dengan memasukkan alat melalui pembuluh darah di paha.

“Setelah TEE dilakukan, maka didapatkan bisa ditutup tanpa operasi. Pasien dipersiapkan Rabu (6/11), setelah hasil pemeriksaan semua bagus lalu Kamis (7/11) dilakukan prosedur penutupan lubang tersebut melalui pembuluh darah di paha. Tindakan berlangsung tanpa membutuhkan waktu lama, hanya sekitar satu jam,” beber Ali.

Setelah dilakukan tindakan penutupan, tambahnya, pasien langsung sadar dan keesokan hari bisa pulang namun tetap kontrol. “Hasilnya bagus, setelah tindakan pasien langsung sadar dan keesokannya pasien bisa pulang. Kasus ini banyak ketahuan setelah dewasa, ada juga pada anak ketahuan. Tapi, semakin cepat diketahui maka semakin bagus hasilnya untuk ditangai,” imbuhnya.