Scroll untuk baca artikel
Sumut

Peternak Babi di Sumut Butuh CSR

×

Peternak Babi di Sumut Butuh CSR

Sebarkan artikel ini

mediasumutku | MEDAN – Tren kematian babi masih terus terjadi di wilayah Sumut. Kematian babi ini menjadi beban berat mereka, terlebih yang sangat mengandalkan pendapatannya hanya dari ternak hewan berkaki empat tersebut. Mirisnya, kondisi keterpurukan ekonomi peternak babi ini jutsru terjadi saat menjelang natal dan tahun baru 2020.

“Disaat seharusnya peternak kita menghabiskan banyak pengeluaran, justru yang terjadi adalah penurunan pendapatan, kebutuhan yang mengalami kenaikan, sehingga bermuara kepada keterpurukan ekonomi peternak babi. Kondisi ini bukan hanya merugikan peternak kita saja, akan tetapi lebih dari itu, secara keseluruhan akan menahan laju belanja masyarakat yang bisa bermuara pada penurunan belanja rumah tangga beserta kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumut,” ujar pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin, Rabu (18/12/2019).

Baca Juga:   Mendagri Apresiasi Tingginya Realisasi Anggaran Pemprov Sumut

Karena itu, sambung Gunawan, saat ini yang paling penting adalah bagaimana menyelamatkan daya beli peternak babi tersebut, khususnya disaat menjelang perayaan keagamaan seperti saat ini. “Kita berharap ada anggaran yang bisa dipakai dari dinas terkait untuk memberikan bantuan kepada peternak,” ungkap dia.

Di sisi lain, Gunawan mengimbau kepada sejumlah perusahaan yang ada di Sumut untuk mengeluarkan Corporate Social Responsibility (CSR) untuk memulihkan perekonomian para peternak.

“Kita berharap banyak perusahaan yang bisa segera mungkin membantu perekonomian peternak seiring dengan wabah yang masih menjangkiti ternak babi, dan belum adanya indikasi penyebaran virus dan kematian babi teratasi,” sebutnya.

Ia juga menghimbau agar masyarakat untuk tidak secara terus-menerus melakukan kampanye, baik langsung maupun tidak langsung agar tidak mengkonsumsi babi. Sebab, di media sosial ada begitu banyak berita-berita yang belum dipastikan kebenarannya namun menyebar luas di masyarakat yang menyudutkan hewan ternak babi. Terlebih terkait dengan isu penyakit yang tidak benar.

Baca Juga:   Kades dan Lurah Di Sergai Jalani Suntik Vaksin Covid-19 Tahap Pertama

Hal ini diperburuk dengan adanya pesta adat yang justru menggunakan daging ayam sebagai sajiannya. Ini kan secara tidak langsung mengkampanyekan agar masyarakat menghindari babi untuk dikonsumsi. Secara tak langsung, hal ini akan memperburuk sejumlah harga komoditas lainnya khususnya daging ayam atau daging sapi.

“Saya menilai fenomena ini lebih dikarenakan ketakutan yang tidak mendasar, sehingga banyak masyarakat yang beralih mengkonsumsi daging yang lain. Lagi-lagi, peternak kita yang dirugikan. Secara material kerugian ini juga akan ditanggung nantinya oleh perekonomian Sumut dari sisi makronya,” imbuh dia.