Scroll untuk baca artikel
HeadlinePendidikanSumut

Wakil Ketua MPR RI Ingin Model YPSIM Dijadikan Model Pendidikan Nasional

×

Wakil Ketua MPR RI Ingin Model YPSIM Dijadikan Model Pendidikan Nasional

Sebarkan artikel ini

Mediasumutku.com | Medan – Dalam rangka mewujudkan toleransi sesama umat beragama sangatlah penting. Tak tanggung sekolah binaan dr Sofyan Tan telah konsisten mengembangkan nilai Pancasila dan menciptakan kerukunan antar umat beragama disekolah Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) Medan.

Demikian hal yang dikatakan Wakil Ketua MPR RI, Ahmad Basarah saat hadir dalam acara Sosialisasi 4 Pilar MPR RI di Yayasan Perguruan Sultan Iskandar Muda (YPSIM) Medan, Sumatera Utara. Basarah mengapresiasi lembaga pendidikan bentukan dr. Sofyan Tan yang konsisten menerapkan dan mengembangkan nilai-nilai Pancasila seperti toleransi, kemajemukan dan nilai-nilai kemanusiaan.

“Sekolah ini bisa menjadi miniatur kehidupan berbangsa-bernegara yang multietnis. Sejak dini peserta didik diajarkan untuk saling menghormati ragam perbedaan yang ada, ini mencerminkan kebhinnekaan Bangsa Indonesia, ” kata Basarah dalam keterangan tertulis, Sabtu (1/2/2020).

Baca Juga:   Hari Guru Diperingati Sederhana di Asahan

Di sekolah dengan 3000 lebih siswa/i tersebut tampak jelas ideologi Pancasila dapat bekerja di tengah para siswa dan gurunya. Sekolah ini memiliki rumah-rumah ibadah semua agama yang lengkap dan siswa-siswa yang berbaur dari semua etnis dan agama, serta sistem subsidi silang dari siswa keluarga yang mampu kepada yang miskin. Juga kerukunan yang tercipta dengan damai menggambarkan semua sila Pancasila menjadi benar – benar bekerja.

“Sekolah menjadi miniatur kehidupan berbangsa-bernegara yang multi etnis. Sejak dini peserta didik diajarkan untuk saling menghormati ragam perbedaan yang ada, ini mencerminkan kebinnekaan Bangsa Indonesia, ” kata Basarah.

Proses kegiatan belajar-mengajar mencerminkan penerapan nilai Pancasila. Misalnya doa lintas agama, integrasi nilai-nilai multikultur dalam setiap pembelajaran, kelas agama dilakukan bersama untuk toleransi.

Penerapan model pendidikan multikultural seperti model di YPSIM sangat dibutuhkan oleh bangsa kita di tengah menguatnya intoleransi yang menjurus ada polarisasi sosial yang tidak konstruktif bagi Persatuan Indonesia.
Karena itulah YPSIM perlu dijadikan model sekolah dan praktik pendidikan Pancasila di Indonesia.

Baca Juga:   Kapolda Papua Ingin Even PON & Pilkada Berjalan Baik Dan Lancar

“Ke depan model pendidikan multikultur layak dijadikan pertimbangan bagi pemerintah untuk dijadikan standar kurikulum nasional, terutama referensi untuk aplikasi model kurikulum pendidikan Pancasila yang sedang kita perjuangkan agar kembali diajarkan di sekolah-sekolah.

Kita akan Perjuangkan melalui revisi Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang telah masuk Prolegnas prioritas tahun 2020,” urai dosen tetap pasca sarjana Universitas Islam Malang tersebut.

Ada banyak kebutuhan penyesuaian selain konten kurikulum juga tenaga pendidiknya. Misalnya standarisasi karakter Bhinneka Tunggal ika bagi tenaga pengajar Pendidikan. “Kita bisa beri masukan apakah perlu sertifikasi guru memasukkan syarat berkarakter Pancasilais.”

“Guru-guru sangat berperan menanamkan nilai-nilai kebaikan termasuk karakter yang berdasar pada Pancasila seperti Ketuhanan, Nasionalisme, Kemanusiaan, Demokrasi dan Keadilan Sosial kepada siswa melalui proses pendidikan, model YPSIM ini bisa jadi salah satu referensi,” demikian paparan Basarah.

Baca Juga:   Sempat Viral, Polisi Pastikan Kelas Yoga Orgasme di Ubud Bali Batal Digelar

Di lokasi yang sama, pendiri yang juga Ketua Dewan Pembina YPSIM dr Sofyan Tan menegaskan komitmen dan konsistensi YPSIM dalam menjaga dan menerapkan nilai nilai kebhinnekaan dalam lembaga pendidikan.

YPSIM juga memiliki auditorium Bung Karno yang rencananya akan diresmikan Presiden kelima Indonesia Ibu Megawati Soekarnoputri. Auditorium Bung Karno sengaja didesain menghadap ke arah rumah ibadah agama – agama yang berada di lingkup lingkungan YPSIM.

“Pesannya adalah agar nilai nilai toleransi dan semangat kebhinnekaan bisa terus hidup,” jelas Sofyan Tan