mediasumut.com | JAKARTA – Jelang Tahun Baru 2020, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,71% selama sepekan terakhir. Pada perdagangan Jumat (27/12) ini, IHSG ditutup menguat 0,16% ke level 6.329,31.
Analis PT Artha Sekuritas Indonesia Nugroho Rahmat Fitriyanto melihat, selama sepekan terakhir tidak banyak sentimen global maupun domestik yang mempengaruhi pasar. Penguatan lebih banyak didorong oleh window dressing.
Walaupun menurut Nugroho, kenaikannya mulai terbatas karena secara teknikal sudah dekat dengan resistance di 6.340.
Meskipun menunjukkan pertumbuhan, volume perdagangan sepekan ini menipis karena perdagangan terpotong oleh momentum natal. Lebih lanjut Nugroho menjelaskan, secara historis penurunan volume perdagangan akan berlangsung hingga akhir tahun.
Di sisi lain, pelaku pasar mulai melakukan profit taking karena memasuki hari libur. Kedua hal inilah yang menyebabkan pengaruh window dressing terhadap pasar juga mulai menipis.
Pekan depan window dressing memang mulai surut, akan tetapi Nugroho melihat ada sentimen dari global yang bakal mempengaruhi perdagangan. Pasar regional maupun IHSG dipengaruhi oleh Amerika Serikat (AS) dan China, mereka direncanakan akan menandatangani kesepakatan di minggu pertama.
Nugroho melihat inflasi yang sesuai dengan harapan Bank Indonesia bisa menjadi katalis positif terhadap perdagangan. “IHSG diprediksi masih menguat di level 6.250 hingga 6.330,” kata Nugroho.
Tidak jauh berbeda, Analis Oso Sekuritas Soekarno Alatas memprediksi IHSG pekan depan akan menguat dengan pergerakan di kisaran level 6.309 hingga 6.414. Penguatan IHSG selama sepekan ke depan masih didorong oleh window dressing diikuti dengan January effect.
“Seminggu ke depan masih ada peluang melanjutkan penguatan meskipun nantinya pasti ada koreksi wajar,” kata Sukarno.
Adapun untuk pekan ini, Sukarno melihat kenaikan IHSG lebih banyak dipengaruhi oleh optimisme pasar terhadap kesepakatan dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China yang akan tercapai pada Januari 2020. Sementara dari domestik ia melihat belum ada sentimen yang cukup kuat untuk mempengaruhi pasar.