Menurut pengamat ekonomi Sumut Gunawan Benjamin, ada beberapa faktor yang menjadi pemicu kenaikan harga pangan tersebut. Pertama, natal memang akan membuat sejumlah kebutuhan pokok masyarakat mengalami kenaikan.
“Ini sebenarnya sebuah kondisi yang wajar terjadi setiap tahunnya. Namun yang menjadi persoalan adalah di natal tahun ini ada perubahan pola konsumsi masyarakat, khususnya saudara kita yang beragama kristiani,” ungkap Gunawan, Rabu (18/12/2019).
“Kedua, curah hujan di Sumut belakangan ini sangat tinggi sekali. Di sisi lain, tinggi gelombang laut juga mengalami kenaikan di bulan ini. Hal ini membuat kenaikan harga sejumlah komoditas yang dihasilkan dari Sumut, salah satunya adalah cabai merah. Cabai merah mengalami kenaikan harga dari Rp 20 ribu naik menjadi Rp 25 ribu dan saat ini berkisar Rp 29 ribu per kg-nya,” sebut Gunawan.
Tingginya gelombang laut juga perlahan mengerek kenaikan harga ikan. Namun demikian, masih menganggap kenaikan harga ikan ini terbilang wajar dikarenakan sempat terpukul oleh terpuruknya harga ikan lantaran ketakutan tak beralasan masyarakat, seiring dengan banyaknya bangkai babi yang di buang kesungai hingga bermuara ke laut.
“Ketiga, kematian ternak babi yang mengalami kenaikan belakangan ini membuat masyarakat cenderung menggantinya dengan daging ayam, telur ayam maupun daging sapi. Saat ini harga daging ayam kembali naik di harga Rp 33 ribu per kg, padahal sepekan yang lalu harganya masih dikisaran Rp 30 ribu per kg-nya. Meskipun, di bulan ini pasokan daging ayam sangat melimpah akan tetapi sayang harus naik harganya. Sebelum kasus kematian babi ini, saya melihat tren harga daging ayam itu seharusnya dikisaran Rp 25 ribu per kg-nya,” ujar Gunawan.
Kata Gunawan, untuk harga telur saat ini masih terbilang stabil walaupun dengan kecenderungan naik. Harga telur ayam saat ini dijual dikisaran Rp 22.600 per kg. Untuk daging sapi harganya masih terbilang normal dalam rentang Rp 110 ribu hingga Rp 120 ribu per kg.
“Keempat, karena libur panjang maka kondisi keseimbangan pasar tidak stabil nantinya. Akan ada pedagang yang libur, petani maupun distributor yang juga libur atau penambahan kebutuhan pangan masyarakat khususnya kebutuhan akan protein. Hal ini yang sangat sulit untuk diantisipasi. Dan cenderung mengerek kenaikan harga. Walaupun hanya sesaat,” terangnya.