mediasumutku.com | JAKARTA – Sentimen eksternal sorong rupiah terus menguat dan memantapkan diri bertengger di sekitar level Rp 13.000 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Kamis (16/1), rupiah spot menguat 0,38% ke harga Rp 13.643 per dolar AS.
Rupiah spot ini merupakan level terkuat rupiah sejak Februari 2018. Sekali tiga uang, kurs tengah rupiah di website Bank Indonesia juga menguat 0,36% ke Rp 13.658 per dolar AS.
Ekonom Bank Mandiri Reni Eka Puteri menyebut, sentimen eksternal penandatanganan kesepakatan dagang fase satu AS-China masih jadi motor penggerak penguatan mata uang Garuda hari ini. “Sebagian investor memang menaruh sisi yang optimis nanti tahap satu ini akan berlanjut ke tahap-tahap selanjutnya yang diprediksi akan menguntungkan kedua belah pihak. Namun sebagian lagi, menaruh kekhawatiran juga nanti ada salah satu pihak yang tidak menepati janji,” kata Reny.
Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim menambahkan, dari sisi eksternal rupiah juga dipengaruhi oleh komentar Perdana Menteri Inggris Boris Johnson yang menyatakan sangat mungkin Inggris mendapatkan kesepakatan perdagangan komprehensif dengan Uni Eropa di akhir 2020.
Dari dalam negeri, Reny menyebut pergerakan pasar masih dipengaruhi defisit neraca dagang Indonesia Desember lalu. Ibrahim menambahkan strategi pemerintah dalam reformasi birokrasi di segala bidang juga berikan efek positif. Hal ini menaikkan kepercayaan investor asing sehingga modal asing yang masuk ke Indonesia cukup deras.
Reny memperkirakan faktor eksternal masih akan menjadi penggerak rupiah. “Antisipasi data tenaga kerja AS itu mungkin akan jadi pengaruh ke perdagangan hari ini. Sementara domestik masih dipengaruhi neraca perdagangan. Jadi untuk masih lebih ke data AS saja,” kata Reny.
Reny memprediksikan, rupiah masih akan bergerak sideways di rentang Rp 13.650-Rp.13.700 per dolar AS. Adapun Ibrahim memproyeksikan rupiah hari ini akan ada di rentang Rp 13.615-Rp 13.690 per dolar AS dengan kecenderungan menguat.