mediasumutku.com|MEDAN- Kesejahteraan petani dan buruh tani masih menjadi permasalahan yang harus diperhatikan. Data Nilai Tukar Petani (NTP) yang merupakan salah satu indikator untuk kesejahteraan petani April 2021 menunjukkan penurunan. Kenaikan upah buruh tani secara nasional juga tipis.
Badan Pusat Statistik mencatat NTP nasional April 2021 sebesar 102,93 atau turun 0,35 persen dibanding NTP bulan Maret 2021. Penurunan NTP karena Indeks Harga yang Diterima Petani (It) turun sebesar 0,10 persen, sedangkan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) naik sebesar 0,25 persen.
Wahyu Nur Alim dari Global Wakaf-ACT menjelaskan, dengan turunnya harga gabah para petani juga dirugikan. Dimana harga Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat petani pada April 2021 turun 2,51 persen dan harga beras premium di penggilingan turun 0,60 persen.
“Rinciannya rata-rata harga GKP di tingkat petani Rp4.275 per kilo gram atau turun 2,51 persen dan di tingkat penggilingan Rp4.398 per kilogram atau turun 1,85 persen dibandingkan harga gabah dengan kualitas yang sama dibanding harga Maret 2021,” katanya, Jum’at (28/5/2021)
Kemudian sebutnya, rata-rata harga Gabah Kering Giling (GKG) di tingkat petani Rp4.882 per kilogram atau turun 6,36 persen dan di tingkat penggilingan Rp4.994 perkilogram atau turun 6,31 persen dibanding bulan sebelumnya. Harga gabah di luar kualitas tersebut di tingkat petani Rp3.981 per kilogram atau turun 1,54 persen dan di tingkat penggilingan Rp4.084 per kilogram atau turun 1,32 persen.
Selain harga gabah yang turun, kenaikan upah nominal harian bagi buruh tani juga tipis. Upah nominal buruh adalah rata-rata upah harian yang diterima buruh sebagai balas jasa pekerjaan yang telah dilakukan. BPS merilis upah nominal harian buruh tani nasional pada Maret 2021 naik sebesar 0,17 persen dibanding upah buruh tani Februari 2021, yaitu dari Rp56.373 menjadi Rp56.470 perhari.
“Keadaan tersebut membuat ketahanan pangan nasional menurun. Rilis terbaru Food Security Index menempatkan Indonesia di posisi 63 dari 113 negara. Posisi Indonesia lebih rendah dibanding dengan empat negara Asia Tenggara lain yakni Singapura, Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Skor ketahanan pangan Indonesia pada 2020 menurun ke angka 59,5. Tahun 2019 skor Indonesia masih 60,9 yang berada di peringkat 62,” jelasnya.
Dengan keadaan tersebut pihaknya melakukan program pemberdayaan dan peningkatan kesejahteraan petani dan terus diikhtiarkan. Salah satu program pemberdayaan petani adalah Wakaf Sawah Produktif.
Melalui Wakaf Sawah Produktif Global Wakaf-ACT berikhtiar membantu petani dalam mewujudkan kedaulatan pangan bangsa.
Wahyu menjelaskan, melalui WSP Global Wakaf-ACT akan mengintervensi lewat di tiga aspek, yaitu teknologi pertanian, modal kerja, dan penyerapan hasil panen oleh Global Wakaf-ACT.
“Selama ini Global Wakaf-ACT membeli hasil panen petani dengan harga terbaik. Langkah ini tentu tidak dapat dilakukan sendiri dan sangat butuh bantuan wakif. Melalui Wakaf Sawah Produktif, Global Wakaf-ACT berikhtiar membantu kesejahteraan petani,” kata Wahyu.(MS11)