MEDAN-Perkembangan teknologi digital membuat persaingan bisnis semakin gencar dan memudahkan perusahaan terhubung dengan konsumennya. Diplomat Success Challenge (DSC) 12, kompetisi wirausaha terdepan di Indonesia yang digelar oleh Wismilak Foundation, kembali menghadirkan webinar bersama MarkPlus Institute dengan tajuk “Leveraging Digital Technologies for Business Starter” Rabu (1/9/2021).
Menghadirkan pembicara, Rama Mamuaya selaku CEO Daily Social, Ivan Tigana selaku CCO Nodeflux, serta alumni DSC X yaitu Atha Mutiara Laksmi selaku CEO Hear Me. Ketiganya berbagi insight bagaimana peluang penerapan teknologi digital dan tips mengimplementasikannya untuk para pelaku bisnis pemula maupun bisnis rintisan.
Rama Mamuaya, Founder Daily Social, sebuah media yang banyak mengupas bisnis teknologi dan ekosistem startup, menyarankan siapa pun yang berencana memulai bisnis di era sekarang, dituntut lebih inovatif dalam memanfaatkan teknologi digital untuk menciptakan pelayanan baru dan pengalaman lebih baik bagi pelanggan.
Lebih lanjut Rama memprediksi tech startup atau perusahaan yang menghasilkan dan menjual teknologi industri, menjadi sektor bisnis yang paling potensial di masa kini dan mendatang.
Diantaranya seperti sektor bisnis yang menawarkan digital transformation, pengembangan UMKM, serta logistik. Terlebih bisnis bidang health care dan pendidikan berbasis teknologi, yang berkembang signifikan selama penerapan social distancing.
“Kuncinya bagi mereka yang ingin memulai bisnis tech startup adalah jeli mengakomodasi kebutuhan masyarakat, serta inovatif dalam menjawab problem yang ada. “ papar Rama.
Ivan Tigana, CCO Nodeflux, perusahaan teknologi berbasis kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence mengatakan, “Adaptasi digital ini salah satunya melalui pemanfaatan face recognition yang terjadi pada transformasi digital pelayanan publik hingga transaksi perbankan digital.”
Menurut Ivan, AI bukan seakan-akan teknologi yang akan menggantikan manusia, melainkan bagaimana AI sangat membantu manusia, misalnya dalam decision making dan efisiensi proses. AI sangat membantu dalam mengumpulkan data secara transparan, sehingga membantu pengguna dalam mengambil keputusan. Terutama bisnis yang orientasinya direct to customer. Sehingga meningkatkan customer experience hingga personalized service yang menyenangkan, dll. Contoh lain dalam segi operasional bisnis, adaptasi teknologi AI terbukti meningkatkan efisiensi.
Sejalan dengan Ivan Tigana, Athalia Mutiara Laksmi, CEO Hear Me, percaya bahwa teknologi digital dapat membantu manusia. Baginya, teknologi digital dapat dipakai untuk kesejahteraan semua orang, termasuk kaum difabel.
Bersama dengan teman-temannya, Atalia memiliki ide bisnis berbasis teknologi digital berupa aplikasi yang membantu penyandang difabel tuli dan tuna rungu yang diberi nama Hear Me. Sebuah aplikasi penerjemah bahasa isyarat Indonesia pertama dengan tampilan 3D animasi. Ide awal hadirnya aplikasi ini sederhana, yaitu bertujuan untuk menjembatani komunikasi penyandang tuna rungu.
“Program Initiator DSC, Edric Chandra, menegaskan, DSC tidak membatasi ide bisnis atau kategori khusus. Yang penting adalah memiliki ide bisnis yang segar. Kemajuan teknologi seharusnya diikuti dengan ide-ide kreatif menciptakan solusi dari masalah sosial yang ada di lingkungan kita,” katanya.
Sama seperti bisnis teknologi digital yang dikembangkan Athalia. Kemajuan teknologi seharusnya diikuti dengan ide-ide kreatif menciptakan solusi dari masalah sosial yang ada di lingkungan kita. Bahkan bisnis ini pun berdampak baik bagi masyarakat.” ungkap Edric.(MS11)