Scroll untuk baca artikel
Ekonomi

Analis: Kurs Rupiah Bakal Melempem

×

Analis: Kurs Rupiah Bakal Melempem

Sebarkan artikel ini

mediasumut.com | JAKARTA – Hingga akhir perdagangan, Rabu (16/10). Mata uang garuda kembali melemah terhadap dolar AS. Terkait hubungan Amerika Serikat (AS) dan China yang kembali memanas memberi tekanan pada kurs rupiah.

Tekanan ini juga ditambah data-data domestik maupun global yang kurang mendukung.

Melansir Bloomberg, kurs rupiah mengalami pelemahan tipis 0,04% sehingga menempatkan rupiah berada di posisi Rp 14.172 per dolar AS. Koreksi cukup dalam justru terjadi pada kurs tengah BI yang berada di posisi Rp 14.187 per dolar AS atau melemah 0,33%.

Menurut Analis Monex Investindo Futures Ahmad Yudiawan menilai, pelemahan rupiah hari ini masih memiliki pengaruh dari hubungan AS dan China kembali memanas setelah akhir pekan lalu dikatakan ada kesepakatan dagang.

Dia mengatakan, isu terbaru ialah adanya RUU pengaturan Hak Asasi Manusia dan kondisi demokrasi di Hongkong. “Sepertinya AS akan melakukan intervensi dan ini menjadi kekhawatiran baru pasar,” ujar Yudi.

Baca Juga:   Awal 2019, Undervalued Pemicu Kenaikan Saham Properti

Selain itu, dia juga berpendapat bahwa ada sentimen dari brexit yang masih belum pasti. Menurutnya, masih ada tarik ulur untuk mencapai kesepakatan brexit dan dinilai masih berlangsung cukup lama.

Dia menambahkan ada penolakan brexit dari partai demokratik Irlandia Utara. “Ini masih akan menjadi berita hangat antara iya dan tidak untuk kesepakatan brexit antara Inggris dan Uni Eropa,” jelas Yudi.

Dari dalam negeri, Yudi juga melihat masih ada penantian pasar terhadap kabinet baru presiden terpilih Joko Widodo. Ia menilai menjelang pelantikan ini pasar ingin melihat kabinet baru akan sesuai ekspetasi atau tidak.

Sependapat, ekonom Bank Mandiri Reny Eka Putri juga menuturkan bahwa saat ini pelaku pasar sedang wait and see menjelang pelantikan Joko Widodo. Hanya saja, pelaku pasar saat ini lebih memilih untuk memegang dollar AS.

Baca Juga:   Indeks Wall Street Merangkak Naik

Reny mengatakan bahwa koreksinya mata uang garuda dipengaruhi oleh data neraca perdagangan yang mengalami defisit sebesar US$ 161 juta. Hal ini berbeda dengan ekspektasi pasar yang mengira akan terjadi surplus.

“Ekspetasinya surplus di US$ 124 juta tapi ternyata realisasinya malah defisit sehingga jadi sentimen negatif di market,” jelas Reny.

Selain itu, Reny juga berpendapat bahwa kondisi saat ini memang investor lebih memilih dolar AS karena merupakan aset safe haven di tengah perlambatan ekonomi global.

Ia juga bilang saat ini di AS sedang terjadi earning season yang ekspektasinya beberapa perusahaan di AS mengalami peningkatan pada kuartal III lalu.

Reny menambahkan adanya data yang bagus dari AS sehingga dollar AS lebih diminati. Data tersebut ialah empire state manufacturing yang meningkat.

Baca Juga:   Harapan Wagubsu, Sinergi dengan BPK Sumut Terus Ditingkatkan

Menurutntya, data ini merupakan salah satu indikator yang diperhatikan pasar terkait sektor industri. “Level empat ini menandakan lebih baik dari bulan sebelumnya karena prediksinya cuma di level satu,” ujar Reny.

Dengan beberapa sentimen tersebut, Reny dan Yudi menilai mata uang garuda masih akan terkoreksi esok hari. Reny menebak rupiah akan berada di rentang Rp 14.147 – Rp 14.198 per dolar AS. Sedangkan Yudi menebak ada di rentang Rp 14.135 – Rp 14.230 per dollar AS.